Review - Iron Man 2
Bagaimana rasanya menjadi superhero, public figure, sekaligus juga “dewa” perdamaian bagi Amerka Serikat? Jawabannya ialah you’ll be under pressure. Setidaknya itulah kesan yang ditampakkan dalam Iron Man 2 karya sutradara Jon Favreau.
Dikisahkan di awal cerita bahwa Tony Stark (Robert Downey, Jr) sibuk mempromosikan dirinya sebagai Iron Man, karena kesibukannya itu maka ia menyerahkan tugasnya sebagai CEO Stark corp. kepada asisten pribadinya, Pepper Putts. Meski telah banyak pengorbanannya untuk menciptakan perdamaian di muka bumi, namun pemerintah masih saja berharap Tony memberikan kekuatan Iron Man-nya untuk membantu pengembangan militer, dan permintaan itu selalu ditolak oleh Tony yang mengatakan bahwa dirinya dan Iron Man adalah satu bagian yang tak bisa dipisahkan.
Kecanggihan tehnologi Iron Man yang berhasil diciptakan Tony membuat semua pihak berlomba-lomba membuat tandingannya. Sehingga muncullah Justin Hammer yang selalu berusaha membuat kecanggihan yang sama untuk meraih keuntungan semata dan ada pula Ivan Vanko, yang dikisahkan sebagai anak Anton Vanko yang sempat bekerja sama dengan Howard Stark, ayahnya Tony Stark, Ivan datang jauh-jauh dari Rusia hanya untuk mengalahkan sang Iron Man.
Ditengah mulai timbulnya keraguan pemerintah dengan komitmennya sebagai Iron Man yang bertujuan memberikan kehidupan bagi warga Amerika dan makin memburuknya kondisi tubuhnya yang berdampak dari penggunaan palladium yang terpasang di dadanya untuk memacu kerja detak jantungnya, Tony bertemu Nick Fury (Samuel L. Jackson) yang merupakan agen S.H.I.E.L.D yang hadir untuk membantunya mencari jalan keluar terhadap masalah palladium yang perlahan terus merusak tubuhnya, maka Nick memberikan Tony berkas-berkas rahasia warisan Ayahnya yang menggambarkan skema pembuatan arc reactor.
Selain sukses menemukan elemen baru untuk mengganti fungsi palladium, Iron Man yang dibantu sahabatnya kolonel James Rhodes juga berhasil mengalahkan Ivan Vanko yang terus berusaha mengalahkannya. Dan diakhir cerita sang Iron Man diangkat menjadi konsultan S.H.I.E.L.D dan Tony Stark diberikan lencana penghargaan oleh pemerintah AS.
Jika kisah para superhero lainnya buatan Marvel yang memiliki kehidupan nyata yang jauh dari kesan hero, namun itu tidak berlaku bagi Iron Man karena dalam kehidupannya nyatanya Iron Man ialah Tony Stark yang merupakan multi-billion scientist. Sehingga ia tidak perlu merahasiakan identitasnya sebagai superhero, bahkan Tony Stark dengan sifat narsisme-nya terus memperkenalkan dirinya sebagai Iron Man.
Kembali ke ulasan filmnya. Dalam film keduanya Iron Man tidak lagi berada di Timur Tengah sehingga kisahnya berkutat di Amerika dan sempat pula di Monaco. Kehadiran bintang-bintang baru macam Scarlett Johanson dan Samuel L. Jackson, yang berbeda dari pendahulunya sukses menjadi “pemanis” dalam sequel ini. Serta, tak lupa pula Iron Man 2 menyajikan tampilan alat-alat super canggih yang dimiliki Tony Stark di lab pribadinya.
Secara keselurahan film Iron Man 2 yang juga merupakan film paling ditunggu di 2010 berhasil memuaskan para penontonnya dengan kisah yang lebih baik dari kisah pertama. Dan bagi yang belum puas dengan 2 film Iron Man arahan Jon Favreau, maka tak perlu kuatir karena sang sutradara dan Robert Downey, Jr merencanakan akan melanjutkan kisah Iron Man dan menjadikannya trilogi. So, it isn’t enough ‘cause Iron Man will always iron out your problem starkly.
Komentar
Posting Komentar