Dampak Dunia Maya
“Maaf cez, saya menghapus account-mu karena kau bukan pengguna Facebook yang baik.”
Tulis teman saya dalam status Facebook-nya di awal pekan ini. Status yang secara otomatis juga memecah konflik di antara dua orang teman yang menjadi subjek dan objek dalam pesan yang tersirat di status FB tersebut.
Usut punya usut ternyata teman saya yang menulis status di atas, kecewa atas teman saya yang lain—kebetulan ia membuatkan juga account FB tersebut—bahkan bentuk kekecewaannya itu sempat ia tuangkan di dalam statu Facebook beberapa saat lalu, dan melalui FB juga mereka sempat melontarkan jenis-jenis binatang yang tak pantas dibaca oleh umum. Karena dua orang yang saling keras kepala tersebut, maka hingga saat ini kedua orang teman saya itu belum pernah terlihat saling sapa lagi.
Oke, kisah di atas mungkin hanya sekelumit kecil dari sisi negatif sebuah media internet. Bahkan jejaring sosial, seperti Facebook ataupun Twitter, sudah menjadi “saksi bisu” dari akhir hidup penggunanya. Berulang kali kita mendengar dan juga membaca satu per satu ulasan tentang sisi positif dan negatif sebuah media internet. Mungkin bagi beberapa orang menganggap internet itu memiliki banyak keuntungan yang tidak ada duanya, namun tak sedikit juga orang yang “bermusuhan” dengan internet, meski disadari oleh tidak hidupnya pun takkan terlepas dari pengaruh media yang berkembang pesat di era 90-an ini.
Dan dalam artikel singkat ini mungkin saya akan mencoba menjabarkan kembali poin-poin umum yang menjadi dampak negatif dan positif dari media teknologi global ini.
Dampak Negatif
Perubahan gaya hidup dengan hadirnya internet, menyebabkan banyak juga perubahan mendasar di dalam kehidupan sosial. Poin pertama, kebanyakan dari kita saat ini terkadang lebih nyaman berhubungan dengan dunia maya dan melupakan kehidupan sesungguhnya di dunia nyata, sebagai contoh dengan menumpahkan segala kekesalan yang ada di dalam hati melalui Facebook atau Twitter. Padahal tingkah laku ini sangat kurang baik karena selain orang akan mengecap kita sebagai orang yang tak berpendidikan dengan kalimat cacian kepada teman, pacar, saudara atau bahkan orang tua. Selain itu, kita seakan sudah melupakan kehadiran orang-orang di sekeliling kita yang bisa menjadi tempat berbagi kasih dan kisah, terutama orang tua dan saudara kandung, dan ingat mereka akan menjaga dengan baik semua keluh-kesah kita dan memberikan respon langsung berupa wejangan-wejangan yang berguna bagi situasi sulit yang tengah kita hadapi itu. Hal itu tak bisa dilakukan si (dunia) maya. Di samping itu pula karena alasan sibuk dengan aktifitas dunia maya (terutama Facebook-an) kita melupakan banyak kegiatan yang seharusnya kita lakukan, seperti mengerjakan tugas kuliah, sholat atau bahkan sampai juga lupa mandi dan makan. Sudah parah, bukan?
Kedua, dengan gencarnya kehadiran internet (e-mail, instant messaging dan Facebook) membuat orang-orang mulai tidak menghargai pentingnya sebuah pertemuan untuk mendiskusikan suatu hal. Akhir-akhir ini Liverpool F.C memecat manajer mereka, Roy Hodgson, melalui pesan yang dikirim melalui surat elektronik atau email, dengan alasan pemilik mereka, Tom Hicks cs., tengah sibuk atas urusan mereka di Amerika Serikat. Dan ironisnya pelatih sekaliber Roy Hodgson tak sekalipun menerima pernyataan langsung empat mata dari pebisnis, yang memiliki saham mayoritas di The Reds itu. Contoh lainnya pula banyak kasus penceraian rumah tangga melalui Facebook dan Twitter, entah sang suami maupun si istri, yang ada di tempat berbeda, tiba-tiba menjatuhkan talak kepada pasangan hidupnya itu.
Ketiga, lebih gampang muncul fitnah-fitnah atau prasangka buruk atau su’udzan. Hal ini terjadi bila seseorang melihat status atau kicauan di jejaring sosial yang aneh-aneh atau menyimpang dari kesehariaanya, kita biasanya men-judge orang itu sesuai dengan apa yang ia tulis. Contoh, bila ada salah satu dari teman kita menulis “Gue benci mama!”, pasti diantara kita tanpa terkecuali akan mengira teman kita tersebut membenci mamanya. Tapi hal itu belum tentu! Bila kita coba mendengar penjelasan dia sebelum men-judge teman tersebut, mungkin kita akan mendapat penjelasan dari dia, misalkan dia salah satu anak korban broken home yang butuh kasih sayang seorang Ibu layaknya sebagai anak pada umumnya.
Jadi status tidak selalu mencerminkan apa yang orang itu rasakan pada saat itu, meski ada pepatah gaol “Statusmu, Harimaumu…” Saya tetap kurang setuju karena apa yang ada di dunia maya tidak semuanya nyata, meski di sisi lain tidak semuanya maya juga.
Dari tiga poin perubahan gaya hidup di atas bisa disaksikan bahwa perubahan kehidupan sosial saat ini sudah sangat terlihat, sebuah majalah di Amerika dalam satu edisi membahas artikel berjudul “Internet Menyebabkan Kematian!”, yang pasti kematian yang dimaksud bukanlah berakhirnya masa kehidupan seorang manusia di muka bumi, melainkan kematian nilai-nilai moral dan sosial masyarakat yang telah mengakar sejak Adam pertama kali ada di dunia ini. Ditambah lagi hasil penelitian di Amerika, yang mengungkapkan bahwa perceraian di dalam rumah tangga semakin pesat terjadi dewasa ini dibandingkan ketika belum ada email, instant messaging dan Facebook. Berarti memang ada sesuatu yang benar-benar berubah dari kehidupan manusia saat ini, perubahan yang menuju kemunduran.
Dampak Positif
Layaknya kehidupan yang diciptakan saling berpasangan, maka begitu pula internet. Ada sisi negatif dan ada pula positifnya. Nilai positif paling utama, yang bisa kita ambil dari perkembangan dunia maya dewasa ini ialah KEMUDAHAN. Kemudahan untuk saling menyapa satu sama lain dengan sanak family, teman, atau sanda taulan yang jauh dan telah lama tak bertatap muka. Selain itu, kita juga dimudahkan untuk membuka usaha via internet, mencari informasi-informasi dalam disiplin ilmu, dan terus ter-update dengan segala sesuatu yang terjadi di belahan dunia lain. Bagi para groupies, kehadiran jejaring sosial (FB dan Tweet) memudahkan mereka untuk berinteraksi atau mengetahui info terbaru dari artis dan tokoh pujaan mereka.
Mungkin tak banyak saya jabarkan nilai-nilai positif bagi internet karena setiap kita, dengan latar belakang (keluarga, lingkungan dan pendidikan) dan profesi yang berbeda-beda tentu memiliki keuntungan dari adanya internet yang berbeda pula. Jadi, keuntungan positif yang bisa kita dapatkan, ya disesuaikan dengan kebutuhan kita masing-masing dan menunjang dalam setiap aktifitas kita.
Kita patut bangga juga akan pesatnya kemajuan perkembangan internet di tanah air, karena pada awal tahun 2000-an lalu mencari warnet untuk sekdar membuka email saja susahnya naudzubillah, bila akhirnya ditemukan itu juga dengan harga yang lumayan gak sepaham dengan kantong anak sekolahan pada saat itu. Namun kini, telah berjamuran hotspot area gratisan, yang membuat orang tinggal membawa seperangkat laptop, dan laptop itu yang akan membawa mereka mengarungi dunia lain, dunia maya.
Dunia maya kini layaknya dunia sungguhan. Kita bisa bekerja, membuka usaha, bahkan hingga kuliah pun bisa kita lakukan di dunia maya, ibaratnya tidak ada yang tidak bisa dilakukan di internet. Akan tetapi, kita harus menggarisbawahi bahwa hidup kita di dunia ini untuk melakukan beribadah guna mencapai kebahagiaan di kehidupan saat ini dan nanti di alam akhirat, karena sadar atau tidak, dunia maya juga membutuhkan dunia nyata sebab meski kita bekerja dan bersekolah melalui dunia maya, tapi kita tetap butuh mandi, makan dan tidur. Dan tiga hal penting bagi manusia itu hanya bisa dilakukan di dunia nyata atau dengan kata lain bukan di dunia maya.
Tulis teman saya dalam status Facebook-nya di awal pekan ini. Status yang secara otomatis juga memecah konflik di antara dua orang teman yang menjadi subjek dan objek dalam pesan yang tersirat di status FB tersebut.
Usut punya usut ternyata teman saya yang menulis status di atas, kecewa atas teman saya yang lain—kebetulan ia membuatkan juga account FB tersebut—bahkan bentuk kekecewaannya itu sempat ia tuangkan di dalam statu Facebook beberapa saat lalu, dan melalui FB juga mereka sempat melontarkan jenis-jenis binatang yang tak pantas dibaca oleh umum. Karena dua orang yang saling keras kepala tersebut, maka hingga saat ini kedua orang teman saya itu belum pernah terlihat saling sapa lagi.
Oke, kisah di atas mungkin hanya sekelumit kecil dari sisi negatif sebuah media internet. Bahkan jejaring sosial, seperti Facebook ataupun Twitter, sudah menjadi “saksi bisu” dari akhir hidup penggunanya. Berulang kali kita mendengar dan juga membaca satu per satu ulasan tentang sisi positif dan negatif sebuah media internet. Mungkin bagi beberapa orang menganggap internet itu memiliki banyak keuntungan yang tidak ada duanya, namun tak sedikit juga orang yang “bermusuhan” dengan internet, meski disadari oleh tidak hidupnya pun takkan terlepas dari pengaruh media yang berkembang pesat di era 90-an ini.
Dan dalam artikel singkat ini mungkin saya akan mencoba menjabarkan kembali poin-poin umum yang menjadi dampak negatif dan positif dari media teknologi global ini.
Dampak Negatif
Perubahan gaya hidup dengan hadirnya internet, menyebabkan banyak juga perubahan mendasar di dalam kehidupan sosial. Poin pertama, kebanyakan dari kita saat ini terkadang lebih nyaman berhubungan dengan dunia maya dan melupakan kehidupan sesungguhnya di dunia nyata, sebagai contoh dengan menumpahkan segala kekesalan yang ada di dalam hati melalui Facebook atau Twitter. Padahal tingkah laku ini sangat kurang baik karena selain orang akan mengecap kita sebagai orang yang tak berpendidikan dengan kalimat cacian kepada teman, pacar, saudara atau bahkan orang tua. Selain itu, kita seakan sudah melupakan kehadiran orang-orang di sekeliling kita yang bisa menjadi tempat berbagi kasih dan kisah, terutama orang tua dan saudara kandung, dan ingat mereka akan menjaga dengan baik semua keluh-kesah kita dan memberikan respon langsung berupa wejangan-wejangan yang berguna bagi situasi sulit yang tengah kita hadapi itu. Hal itu tak bisa dilakukan si (dunia) maya. Di samping itu pula karena alasan sibuk dengan aktifitas dunia maya (terutama Facebook-an) kita melupakan banyak kegiatan yang seharusnya kita lakukan, seperti mengerjakan tugas kuliah, sholat atau bahkan sampai juga lupa mandi dan makan. Sudah parah, bukan?
Kedua, dengan gencarnya kehadiran internet (e-mail, instant messaging dan Facebook) membuat orang-orang mulai tidak menghargai pentingnya sebuah pertemuan untuk mendiskusikan suatu hal. Akhir-akhir ini Liverpool F.C memecat manajer mereka, Roy Hodgson, melalui pesan yang dikirim melalui surat elektronik atau email, dengan alasan pemilik mereka, Tom Hicks cs., tengah sibuk atas urusan mereka di Amerika Serikat. Dan ironisnya pelatih sekaliber Roy Hodgson tak sekalipun menerima pernyataan langsung empat mata dari pebisnis, yang memiliki saham mayoritas di The Reds itu. Contoh lainnya pula banyak kasus penceraian rumah tangga melalui Facebook dan Twitter, entah sang suami maupun si istri, yang ada di tempat berbeda, tiba-tiba menjatuhkan talak kepada pasangan hidupnya itu.
Ketiga, lebih gampang muncul fitnah-fitnah atau prasangka buruk atau su’udzan. Hal ini terjadi bila seseorang melihat status atau kicauan di jejaring sosial yang aneh-aneh atau menyimpang dari kesehariaanya, kita biasanya men-judge orang itu sesuai dengan apa yang ia tulis. Contoh, bila ada salah satu dari teman kita menulis “Gue benci mama!”, pasti diantara kita tanpa terkecuali akan mengira teman kita tersebut membenci mamanya. Tapi hal itu belum tentu! Bila kita coba mendengar penjelasan dia sebelum men-judge teman tersebut, mungkin kita akan mendapat penjelasan dari dia, misalkan dia salah satu anak korban broken home yang butuh kasih sayang seorang Ibu layaknya sebagai anak pada umumnya.
Jadi status tidak selalu mencerminkan apa yang orang itu rasakan pada saat itu, meski ada pepatah gaol “Statusmu, Harimaumu…” Saya tetap kurang setuju karena apa yang ada di dunia maya tidak semuanya nyata, meski di sisi lain tidak semuanya maya juga.
Dari tiga poin perubahan gaya hidup di atas bisa disaksikan bahwa perubahan kehidupan sosial saat ini sudah sangat terlihat, sebuah majalah di Amerika dalam satu edisi membahas artikel berjudul “Internet Menyebabkan Kematian!”, yang pasti kematian yang dimaksud bukanlah berakhirnya masa kehidupan seorang manusia di muka bumi, melainkan kematian nilai-nilai moral dan sosial masyarakat yang telah mengakar sejak Adam pertama kali ada di dunia ini. Ditambah lagi hasil penelitian di Amerika, yang mengungkapkan bahwa perceraian di dalam rumah tangga semakin pesat terjadi dewasa ini dibandingkan ketika belum ada email, instant messaging dan Facebook. Berarti memang ada sesuatu yang benar-benar berubah dari kehidupan manusia saat ini, perubahan yang menuju kemunduran.
Dampak Positif
Layaknya kehidupan yang diciptakan saling berpasangan, maka begitu pula internet. Ada sisi negatif dan ada pula positifnya. Nilai positif paling utama, yang bisa kita ambil dari perkembangan dunia maya dewasa ini ialah KEMUDAHAN. Kemudahan untuk saling menyapa satu sama lain dengan sanak family, teman, atau sanda taulan yang jauh dan telah lama tak bertatap muka. Selain itu, kita juga dimudahkan untuk membuka usaha via internet, mencari informasi-informasi dalam disiplin ilmu, dan terus ter-update dengan segala sesuatu yang terjadi di belahan dunia lain. Bagi para groupies, kehadiran jejaring sosial (FB dan Tweet) memudahkan mereka untuk berinteraksi atau mengetahui info terbaru dari artis dan tokoh pujaan mereka.
Mungkin tak banyak saya jabarkan nilai-nilai positif bagi internet karena setiap kita, dengan latar belakang (keluarga, lingkungan dan pendidikan) dan profesi yang berbeda-beda tentu memiliki keuntungan dari adanya internet yang berbeda pula. Jadi, keuntungan positif yang bisa kita dapatkan, ya disesuaikan dengan kebutuhan kita masing-masing dan menunjang dalam setiap aktifitas kita.
Kita patut bangga juga akan pesatnya kemajuan perkembangan internet di tanah air, karena pada awal tahun 2000-an lalu mencari warnet untuk sekdar membuka email saja susahnya naudzubillah, bila akhirnya ditemukan itu juga dengan harga yang lumayan gak sepaham dengan kantong anak sekolahan pada saat itu. Namun kini, telah berjamuran hotspot area gratisan, yang membuat orang tinggal membawa seperangkat laptop, dan laptop itu yang akan membawa mereka mengarungi dunia lain, dunia maya.
Dunia maya kini layaknya dunia sungguhan. Kita bisa bekerja, membuka usaha, bahkan hingga kuliah pun bisa kita lakukan di dunia maya, ibaratnya tidak ada yang tidak bisa dilakukan di internet. Akan tetapi, kita harus menggarisbawahi bahwa hidup kita di dunia ini untuk melakukan beribadah guna mencapai kebahagiaan di kehidupan saat ini dan nanti di alam akhirat, karena sadar atau tidak, dunia maya juga membutuhkan dunia nyata sebab meski kita bekerja dan bersekolah melalui dunia maya, tapi kita tetap butuh mandi, makan dan tidur. Dan tiga hal penting bagi manusia itu hanya bisa dilakukan di dunia nyata atau dengan kata lain bukan di dunia maya.
Komentar
Posting Komentar