Melepas Kecanduan
Sering tanpa sadar kita kecanduan akan suatu hal, mau itu kecanduan akan suatu hal yang tidak bagus, seperti kecanduan rokok dan (naudzubillah) narkoba, atau yang agak bagusan, seperti game dan cinta (baca:asmara).
Setiap kecanduan itu memiliki kadar yang berbeda-beda pula, ada yang hanya sebatas kecanduan kecil atau dengan kata lain suka mengerjakan hal tersebut namun tak samapi menganggu aktifitas lain. Ada pula kecanduan tingkat tinggi, kalau yang ini jelas-jelas kita sudah terhipnotis akan kenikmatan dari satu hal menjadi kecanduan kita, pastinya hal itu menganggu atau bahkan merusak keseharian kita.
Kalau ditanya apakah kini gue tengah kecanduan sesuatu? Jawabannya: Iya. Gue akhir-akhir tengah keganjringan (atau: kecanduan) main game Footbal Manager 2011. Satu game yang memang udah gue idam-idamkan sejak dahulu kala (berlebihan). Tapi untungnya kecanduan itu telah berakhir, karena gue cepat tersadarkan kalau banyak tugas-tugas—terutama tugas kuliah—yang enggak memberikan gue waktu untuk lenggang-langgeng dengan game itu. Disamping itu gue juga tipe orang yang cepat sadar, dan akhirnya kini kehidupan normal telah kembali. (*bangga*)
Bicara kecanduan, itu juga yang masih dirasakan oleh dua pesepak bola senior, Alessandro ‘Alex’ Del Piero dan Ryan Giggs. Dua pemain yang telah di penghujung usia bagi seorang pesepak bola, namun masih tetap menjadi maskot tim, panutan para juniornya, dan masih mendapat kepercayaan di tim yang telah lebih 15 tahun dibela.
Kecanduan akan rasa cinta mereka kepada klub kesayangan, membuat mereka mampu bertahan di sebuah klub dalam waktu yang lama, di tengah-tengah komersialisasi sepak bola, yang tak terlepas dari bergulirnya mata uang. Bahkan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dua pemain tersebut, klub mereka masing-masing, Juventus dan Manchester United, akan langsung mengangkat mereka ke dalam daftar petinggi klub, bila kelak mereka sadar dari kecanduan (baca: gantung sepatu), dan beralih menjadi orang di belakang layar.
Mungkin hanya dalam hitungan 1-2 tahun lagi, atau paling maksimal 3 tahun lagi kita akan mendengar pernyataan dari Alex dan Giggs bahwa mereka sudah bebas dari rasa kecanduan mereka menendang si kulit bundar, kecanduan mengarungi ketatnya musim kompetisi, dan kecanduan mendengar nyanyian suporter mengelukan namanya dari balik tribun stadion.
Realita di atas mengingatkan bahwa sebesar apa kecandung kita akan sesuatu hal, ada kalanya di suatu waktu, cepat atau lambat, kita harus keluar dan mencari sesuatu yang lain, diluar apa yang pernah kita candukan selama ini. Orang bijak mengatakan “Hidup hanya sekali, maka manfaatkan waktu yang ada dengan meraih banyak hal”.
Karena hidup bukan hanya bagaimana cara meraih kebahagiaan, tapi juga merupakan usaha untuk mengubah kesedihan menjadi suatu kesenangan di kemudian hari.
Setiap kecanduan itu memiliki kadar yang berbeda-beda pula, ada yang hanya sebatas kecanduan kecil atau dengan kata lain suka mengerjakan hal tersebut namun tak samapi menganggu aktifitas lain. Ada pula kecanduan tingkat tinggi, kalau yang ini jelas-jelas kita sudah terhipnotis akan kenikmatan dari satu hal menjadi kecanduan kita, pastinya hal itu menganggu atau bahkan merusak keseharian kita.
Kalau ditanya apakah kini gue tengah kecanduan sesuatu? Jawabannya: Iya. Gue akhir-akhir tengah keganjringan (atau: kecanduan) main game Footbal Manager 2011. Satu game yang memang udah gue idam-idamkan sejak dahulu kala (berlebihan). Tapi untungnya kecanduan itu telah berakhir, karena gue cepat tersadarkan kalau banyak tugas-tugas—terutama tugas kuliah—yang enggak memberikan gue waktu untuk lenggang-langgeng dengan game itu. Disamping itu gue juga tipe orang yang cepat sadar, dan akhirnya kini kehidupan normal telah kembali. (*bangga*)
Bicara kecanduan, itu juga yang masih dirasakan oleh dua pesepak bola senior, Alessandro ‘Alex’ Del Piero dan Ryan Giggs. Dua pemain yang telah di penghujung usia bagi seorang pesepak bola, namun masih tetap menjadi maskot tim, panutan para juniornya, dan masih mendapat kepercayaan di tim yang telah lebih 15 tahun dibela.
Kecanduan akan rasa cinta mereka kepada klub kesayangan, membuat mereka mampu bertahan di sebuah klub dalam waktu yang lama, di tengah-tengah komersialisasi sepak bola, yang tak terlepas dari bergulirnya mata uang. Bahkan sebagai bentuk penghargaan atas dedikasi dua pemain tersebut, klub mereka masing-masing, Juventus dan Manchester United, akan langsung mengangkat mereka ke dalam daftar petinggi klub, bila kelak mereka sadar dari kecanduan (baca: gantung sepatu), dan beralih menjadi orang di belakang layar.
Mungkin hanya dalam hitungan 1-2 tahun lagi, atau paling maksimal 3 tahun lagi kita akan mendengar pernyataan dari Alex dan Giggs bahwa mereka sudah bebas dari rasa kecanduan mereka menendang si kulit bundar, kecanduan mengarungi ketatnya musim kompetisi, dan kecanduan mendengar nyanyian suporter mengelukan namanya dari balik tribun stadion.
Realita di atas mengingatkan bahwa sebesar apa kecandung kita akan sesuatu hal, ada kalanya di suatu waktu, cepat atau lambat, kita harus keluar dan mencari sesuatu yang lain, diluar apa yang pernah kita candukan selama ini. Orang bijak mengatakan “Hidup hanya sekali, maka manfaatkan waktu yang ada dengan meraih banyak hal”.
Karena hidup bukan hanya bagaimana cara meraih kebahagiaan, tapi juga merupakan usaha untuk mengubah kesedihan menjadi suatu kesenangan di kemudian hari.
Komentar
Posting Komentar