Surat Untuk Ketua Umum PSSI

Kepada yang terhormat Bapak Ketua Umum PSSI,

Apa kabar pak? Semoga bapak beserta keluarga sehat sentosa di bawah bimbingan-Nya. Semoga pula setiap yang bapak lakukan selalu mendapatkan rahmat dari-Nya. Sebelumnya saya mengucapkan selamat atas pernikahan anak bapak tempo hari, meski ucapan ini sangat terlambat. Mungkin langsung saja ya pak, akan maksud hadirnya surat saya ini semata-mata untuk menyuarakan aspirasi saya pribadi dan juga teman-teman, yang timbul akibat segala problematika yang menyangkut dengan bapak, selaku ketum PSSI saat ini.
Pasti bapak sudah tahu donk, kalau semua orang berharap bapak mundur dari jabatan selaku ketua umum PSSI. Semua desakan itu muncul semata-mata bukan tanpa sebab, atau mungkin juga karena sebab-sebab yang telah menggunung, yang diakibatkan atas habisnya kesabaran pencinta bola di negeri ini.

Berulang kali kontroversi hadir dalam kepemimpinan bapak di PSSI selama 8 tahun belakangan. Mulai dari keringnya prestasi sepakbola bangsa ini, di level klub, apalagi tim nasional, banyaknya mafia pertandingan di dalam organisasi yang bapak pimpin, ditambah lagi masuknya intrik politik, yang bapak bawa untuk hadir di dalam sepakbola Indonesia. Semua itu sungguh sangat melenceng dari semangat nasionalisme dan perjuangan, yang mendasari berdirinya PSSI oleh Ir. Suratin.

Saya sebagai salah seorang dari berjuta pencinta bola di negeri ini tahu atas pencapaian PSSI yang berhasil menyelenggarakan even sekelas Piala Asia tahun 2007 lalu, meski even itu diselenggarakan secara keroyokan, namun patut diberi apresiasi. Selain itu, kenekatan bapak menyalonkan Indonesia dalam bidding tuan rumah Piala Dunia 2022. Ditambah lagi ‘suksesnya’ timnas senior menjuarai Piala Kemerdekaan 2007 setelah mengalahkan Libya dalam setengah babak. Ketiga hal itu mungkin menjadi tiga hal positif, selain noda yang ada, yang patut diapresiasikan dalam kepemimpinan bapak dalam induk organisasi sepak bola nasional ini.

Tapi fakta di atas janganlah membuat bapak terlena akan kekuasaan. Bapak sebagai pemimpin yang amanah seharusnya juga mendengarkan aspirasi rakyat bola Indonesia, karena disadari atau tidak bapak sebagai pimpinan PSSI juga menjadi pemimpin dari sepertiga rakyat Indonesia, yang mencintai sepenuh hati sepak bola negeri ini. Bapak harus sadar itu! Berapa banyak statuta FIFA yang telah bapak dan jajaran di PSSI ubah untuk kepentingan sepihak.

Sebagai pemimpin, seharusnya bapak juga mengindahkan seluruh suara kami, yang menginginkan perubahan di tubuh PSSI, dengan ditandai turunnya bapak dari jabatan ketum PSSI. Saya juga sangat sadar kalau retorika yang bapak milik sangat mumpuni untuk meyakinkan semua orang, namun kami sudah tidak butuh itu yang kami butuhkan hanya tindakan nyata, yang diwakili oleh sebuah prestasi, yang mungkin mustahil bisa bapak lakukan dalam sisa masa jabatan dalam periode ini, ataupun bila bapak terpilih lagi 4 tahun mendatang. Mungkin juga sudah tak cukup deraian keringat dan letihnya usaha kami, untuk melakukan gerakan untuk menyadarkan bapak, tapi saya sangat berharap ada setitik kesadaran yang hadir di hati nurani bapak. Kami sangat berharap itu masih ada di diri bapak.

Saya juga mengucapkan semoga bapak sukses dalam pemilihan presiden dan wakil presiden AFF kelak. Tapi sekali lagi saya berharap agar bapak merelakan PSSI dipimpin oleh rezim baru, rezim yang benar-benar jauh dari orang-orang terdahulu, orang-orang tua. Karena bila bapak melawan kehendak itu, bukan tak mungkin bapak akan menyalakan api pertikaian, yang nantinya akan melakukan gerakan guna meruntuhkan rezim PSSI saat ini, yang menjurus ke arah revolusi. Saya sangat tidak ingin kekacauan itu terjadi, untuk itu saya butuh kerelaan bapak mundur dari PSSI. Saya sangat berharap itu. Karena tak ada yang abadi di dunia ini, dan semua yang ada akan diminta pertanggung jawaban kelak oleh Allah swt.

Mungkin demikian lah surat saya ini, saya mohon maaf kalau ada kata-kata yang kurang berkenan. Sesungguhnya surat ini sedikit mewakili aspirasi teman-teman saya di seantero negeri, yang menginginkan bapak mundur (dengan terhormat) dari jabatan bapak sebagai ketum PSSI. Untuk yang terakhir, saya ingin sekali lagi mengingatkan kalau takkan ada kekuatan yang mampu menandingi kehendak-Nya, meski sebanyak apapun harta yang kita miliki di dunia yang sementara ini.

Salam hangat pencinta Garuda.

Wassalam…

Komentar

Postingan Populer