PSSI Menuju Lubang Hitam

Dalam beberapa waktu terakhir, saya ikut memberikan komentar perihal kisruh di tubuh PSSI. Dan untuk melanjutkan saga tersebut maka di tulisan terbaru ini, sekali lagi saya akan membahas sedikit tentang cerita lanjutan dari problematika di tubuh organisasi induk sepak bola Indonesia itu, yang seakan makin hari makin jauh dari kata usai.

Pasca pegambilalihan kongres PSSI di Pekanbaru, Riau pada 26 Maret lalu oleh Kelompok 78. Kelompok 78 ini merupakan pemilik suara sah, yang awalnya sudah tak sejalan lagi dengan Nurdin Halid cs, namun seiring berjalannya waktu ternyata Kelompok 78 itu memiliki maksud terselubung untuk meng-golkan pencalonan ketua umum dan wakil ketua umum yang mereka usung, George Toisutta dan Arifin Panigoro.

Kehadiran Kelompok 78 pasca kongres Pekanbaru, sempat dianggap sebagai ‘pahlawan’ atas runtuhnya rezim Nurdin cs. Bahkan mereka juga dengan lantang menyatakan bahwa suatu keharusan untuk menaati statuta FIFA—yang sebelumnya memang tak lepas dari otak-atik ‘tangan-tangan jahil’ di PSSI yang bertujuan untuk menguntungkan satu pihak tertentu. Kelompok ini juga menggemborkan revolusi besar-besaran di tubuh PSSI, untuk mengahapus berbagai praktik tercela di era terdahulu, macam korupsi, pengaturan skor hingga kasus suap.

Namun setelah FIFA ikut campur dalam masalah PSSI, dengan membentuk Komite Normalisasi per 4 April 2011, yang diketuai mantan Ketum PSSI periode 1999-2003 Agum Gumelar, dan diikuti pula oleh pelarangan untuk pencalonan George Toisutta, Arifin Panigoro dan Nirwan Bakrie. Disini lah mulai terlihat wujud asli Kelompok 78. Mereka ternyata tidak legowo untuk melihat sepak bola Indonesia benar-benar maju. Mereka hanya mementingkan kepentingan mereka sendiri, hal itu diperkuat denga kengototan mereka untuk mempersilahkan calon usungan mereka untuk bertarung di bursa pencalonan PSSI pada 20 Mei mendatang. Saking ngototnya, mereka membuat ketua Komite Normalisasi untuk bertemu langsung petinggi FIFA di Swiss hanya untuk meluluskan pecalonan itu. Bahkan, dengan ‘kepala batu’ mereka menelurkan slogan go to hell with FIFA. Slogan ini mengisyaratkan keinginan mereka tersebut dan bila keinginan perihal pencolanan itu tidak disetujui oleh FIFA, maka mereka mengancam akan menggelar kongres sendiri. Dan bila itu yang terjadi, sudah pasti hukuman pembekuan keanggotaan PSSI di FIFA hanya tinggal menghitung hari.

Sangat disayangkan memang, kekisruhan yang berlarut-larut di tubuh PSSI. Seharusnya sudahi saja kekisruhan itu, tak usah lah ngotot untuk memperjuangkan kepentingan kelompok tertentu. Karena kita tahu, FIFA telah berbaik hati membimbing PSSI menuju jalan keluar dari masa kelam, dengan membentuk Komite Normalisasi, akan tetapi niat baik FIFA itu masih saja disalahartikan oleh kelompok tertentu, bahkan mereka masih ingin berlama-lama dan ingin membawa PSSI semakin dalam ke masa kegelapan.

Tanpa panjang lebar lagi, kami sangat berharap keikhlasan para insan sepak bola, yang kini berperan aktif dalam penyelesaian konflik PSSI ini, untuk memulai mega-improvement di induk sepak bola nasional. Dengan menggiatkan pembibitan pemain sejak usia dini, membuka keran industry sepak bola dan juga menggencarkan perbaikan kualitas dan kauntitas sepak bola nasional, agar ke depannya hikayat “Indonesia Macan Asia” bisa terulang kembali, dan membawa lagu Indonesia Raya berkumandang megah di hadapan dunia.

Komentar

Postingan Populer