Baksos BOHEMIAN Community
Dan dalam posting ini, gue mem-posting pengalaman gue tentang baksos kemarin. Dan untuk tulisannya lagi-lagi berbentuk berita. Check this out!
Pemuda ialah kaum penggagas perubahan. Pemimpin besar macam Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, dan pemimpin besar lainnya sangat memahami betapa pentingnya peran kaum muda untuk membuka jalan suatu perubahan, yang menuju kepada perbaikan peradaban suatu bangsa.
Memasuki era globalisasi di abad 21 ini, sudah menjadi suatu keharusan bagi para individu untuk menguasai bahasa persatuan dunia, yaitu bahasa Inggris, untuk bisa ‘menggenggam’ dunia. Akan tetapi, disadari atau tidak di Indonesia sebagian besar orang tua ataupun anak bangsa belum menyadari seberapa pentingnya bahasa Inggris itu bagi masa depan mereka.
Di latar belakangi oleh kenyataan di atas, mahasiswa UIN Alauddin Makassar jurusan bahasa dan sastra Inggris semester 4, yang tergabung dalam komunitas bahasa Inggris Bohemian Community, menyelenggarakan bakti sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan bahasa Inggris kepada anak-anak, yang diasuh di panti asuhan RALIA, Gowa, Sulawesi Selatan.
Acara bakti sosial ini berlangsung selama dua hari (16-17/4), merupakan salah satu program yang digagas oleh komunitas bahasa Inggris tersebut untuk membantu anak-anak kurang beruntung untuk belajar bahasa Inggris, yang sayangnya belum pernah mereka pelajari sebelumnya. Anak-anak di panti asuhan mayoritas merupakan siswa sekolah dasar dan sebagian lainnya merupakan siswa sekolah menengah pertama ataupun menengah akhir.
Dalam kesempatan tersebut pengasuh panti, Ny. Dahlia, menyatakan sangat mendukung kegiatan tersebut karena dia sadar masih minimnya kemampuan anak-anak di panti asuhannya dalam mempelajari bahasa asing. Hal itu, lanjut dia, tak lepas dari kurangnya kesempatan anak-anak untuk mempelajari bahasa-bahasa itu, terutama bahasa Inggris, di sekolah tempat dimana mereka mengenyam pendidikan formal.
Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan para peserta, maka panitia bakti sosial tersebut membagi para peserta dalam dua kelompok besar berdasarkan tingkat pendidikannya, antara lain kelompok sekolah dasar dan sekolah menengah. Lalu, di dalam kelompok besar itu dibagi lagi ke dalam beberapa kelompok kecil, yang hanya terdiri dari 5-6 anak dan dibimbing oleh 2 pengajar pada tiap kelompok kecil tersebut. Sehingga di tingkat sekolah dasar terdapat enam kelompok kecil dan dua di kelompok sekolah menengah.
Dengan keterbatasan waktu—dua hari—maka untuk proses belajarnya pun, tiap kelompok besar berbeda. Kelompok sekolah dasar diperkenalkan macam-macam kata benda dasar, seperti nama-nama hari, bagian tubuh, serta warna-warna dalam bahasa Inggris. Sedangkan di kelompok sekolah menengah mereka mempelajari langkah-langkah awal untuk berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Konsep pengajaran seperti ini diterapkan, agar peserta didik tidak menganggap bahasa Inggris sebagai momok, layaknya monster yang menakutkan, dengan segala rumus-rumus strukturya.
Dikarenakan masih minimnya pengetahuan mereka terhadap bahasa Inggris sebelumnya, sehingga membuat para pengajar harus mencari beberapa trik untuk meningkatkan minat para peserta untuk belajar dan juga memahami setiap materi yang diberikan. Diantarnya ialah dengan lebih interaktif kepada peserta didik dan tak lupa pula menyiapkan hadiah-hadiah bagi para peserta yang berani menjawab soal demi soal yang diberikan para kakak pengajar.
“Kami mengalami kendala karena ada anak didik kami yang belum lancar membaca.” kata Indah dan Wahyuni, yang mengajar di kelompok anak-anak SD, mengungkapkan kendala yang mereka alami dalam mengajarkan anak-anak tersebut.
Meski tak terlepas dari kendala, namun semangat yang para peserta didik tunjukkan sangat memudahkan para pengajar untuk menyampaikan materi demi materi. Mereka tak kenal lelah untuk mendengarkan materi, meski terkadang ada pula yang masih malu dalam mengucapkan kata-kata dari bahasa, yang baru mereka kenal itu. Namun, keadaan itu tak mengurangi tekad mereka untuk setidaknya mulai mencintai bahasa terbesar di dunia itu.
Menjelang penutupan acara pada Minggu (17/4), diadakan games yang bertujuan sebagai evaluasi bagi para peserta. Games yang terdiri dari tiga babak itu, juga diikuti oleh para peserta didik degan penuh semangat tak kenal lelah, meski sejak pagi mereka telah mendengarkan materi dari para pembimbing di masing-masing kelompok.
Saat matahari telah bersiap untuk terbenam, acara bakti sosial itu berakhir. Disaat perpisahan beberapa anak di panti asuhan itu, masih sempat menanyakan apakah para kakak pengajar akan datang lagi.
Meski acara bakti sosial itu hanyalah acara singkat telah cukup memberikan kesan yang dalam bagi para anggota komunitas bahasa Inggris tersebut.
Komentar
Posting Komentar