Keunggulan The Amazing Spider-Man
teaser-trailer.com |
Setelah menunggu lima tahun, akhirnya si manusia laba-laba
asal kota New York hadir lagi di layar perak. Kali ini Peter Parker a.k.a
Spider-Man hadir dengan nuansa yang benar-benar baru, tidak ada lagi Tobey
Maguire yang digantikan oleh Andrew Garfield sebagai sang superhero dan yang pasti bukan lagi Sam Raimi yang menjadi sosok di
balik layar atas keberhasilan trilogi Spider-Man terdahulu, kini posisinya
diisi oleh Marc Webb. Dengan nuansa baru tersebut membuat Sony Pictures
Entertainment, selaku produsen, memutuskan
untuk membuat ulang kisah Spider-Man. Dimulai dengan kisah latar belakang Peter
Parker menjadi Spider-Man, lalu dihadirkan pula kisah percintaannya, dan tak
lupa pula musuh yang membuat Spider-Man dielu-elukan oleh New Yorker.
Kisah The Amazing
Spider-Man yang memiliki benang merah yang sama dengan Spider-Man, awalnya membuat banyak orang bertanya-tanya “apa sesungguhya
yang baru dari film ini?”, berhubung Spider-Man
telah menunjukkan kepada kita siapa itu Peter Parker, bagaimana kehidupannya,
kepribadiannya, hingga kisah cintanya. Namun ditengah kekhawatiran itu, Marc
Webb sebagai sutradara berusaha membuat kisah Peter Parker dan Spider-Man di The Amazing Sipder-Man lebih sesuai
dengan apa yang dikreasikan Stan Lee 50 tahun lalu, atau bisa dikatakan comic-friendly.
Nah dengan tulisan ini gue bakal coba menguraikan tiga poin
kenapa The Amazing Spider-Man gue
sebut lebih comic-friendly dan lebih
baik dibandingkan film pertamanya 10 tahun silam bila kita mengkomparasikannya
dengan kisah yang diadaptasi dari komik karya Stan Lee dan Steve Ditko.
1. Kepribadian
Peter Parker di film The
Amazing Spider-Man, yang diperankan Andrew Garfield berkepribadian lebih
supel, cool dengan papan skateboard, humoris, pintar (kalau nggak
mau disebut jenius), bad-boy, penyendiri,
dan yang pasti (menurut sebagian besar cewek yang gue tanya) jauh lebih
ganteng, bahkan wanita terdekat di hidup gue sempet bilang, “Seandainya dia
yang dari pertama jadi Spider-Man, aku bakal nonton terus”. Wow! Bila
dibandingkan dengan sosok Peter Parker versi Tobey Maguire yang kutu buku, pendiam,
(agak) kuper, jauh lebih misterius, dan pendiam.
Memang kehadiran Andrew awalnya memunculkan pesimisme bagi
pecinta Spider-Man akan kemampuannya bisa menyamai atau bahkan melampaui apa
yang telah dicapai Tobey Maguire dengan seragam manusia laba-laba. Kita nggak
bisa memungkiri kesuksesan Tobey yang berhasil membawa trilogi Spider-Man menjadi salah satu superhero franchise yang sukses merajai
blockbuster. Akan tetapi, Andrew Garfield berhasil menampilkan Spider-Man
dengan sosok yang jauh berbeda. Atau kata lainnya ia berhasil keluar dari bayang-bayang
Peter Parker dan Spider-Man ala Tobey Maguire.
Setelah dua aktor yang memerankan tokoh Peter
Parker/Spider-Man, manakah yang mirip dengan karakter aslinya yang hadir di
komik? Bagi gue Andrew Garfield lah yang lebih mirip dengan apa yang
ditampilkan di komik terbitan Marvel. Kenapa? Selain beberapa kepribadian yang
gue sebutkan di atas, Andrew juga terlihat lebih pas memerankan tokoh Peter
Parker. Meski usianya telah menginjak 28 tahun, atau sama dengan Tobey sepuluh
tahun lalu, tapi Andrew terlihat jauh lebih muda dan pas dengan imej Peter
Parker yang memang seorang anak umur belasan dengan gejolak pencarian jati diri
yang masih mengenyam pendidikan di sekolah. Selain itu, ia juga tak segan
berinteraksi (atau bahkan terkesan banyak omong) saat berhadapan dengan musuh dalam
balutan kostum khasnya. Sisi interaktifnya juga terlihat ketika ia
menyelamatkan seorang anak yang nyaris terjatuh ke dalam sungai dari mobil yang
tergantung di atas jembatan, bahkan ia tak segan membuka topengnya untuk
memberikan semangat kepada anak itu.
Ya, ini semua yang membuat Andrew nyaris sama dengan Peter
Parker/Spider-Man yang ada di komik.
2. Jalan Cerita
Mengenai jalan cerita, Marc Webb menampilkan dua tokoh
penting bagi kehidupan masa muda Peter Parker yaitu Gwen Stacy, cinta pertama
Peter, dan Flash Thompson, yang notabene sahabat karib Peter. Dua tokoh ini
yang pasti tidak ditampilkan oleh Sam Raimi di tiga film Spidey terdahulu. Dua
tokoh itu adalah beberapa tokoh awal yang hadir di seri-seri perdana komik
Spider-Man 50 tahun silam.
Terus pengisahan tentang masa kecil Parker dan kedua orang tuanya
di The Amazing Spider-Man seakan
menjawab teka-teki tentang latar belakang sang tokoh utama. Bagi sebagian orang
hanya tahu Peter Parker hidup dengan Paman Ben dan Tante May, namun di film ini
diceritakan pula bagaimana sebabnya Richard Parker menitipkan anak semata
wayangnya kepada saudaranya itu. Sehingga membuat film ini bukan hanya sekedar
pembuatan ulang, akan tetapi sukses memberikan kesan seakan-akan belum pernah
ada film Spider-Man sebelumnya.
Pendalaman karakter Paman Ben juga dilakukan oleh Marc Webb. Seperti halnya di
dalam komik, Paman Ben hanya hadir di satu seri, di film ini kehadiran Paman
Ben juga kurang dari pertengahan film, tapi penokohannya menjadi terlihat
sangat penting dalam pembentukan karakter Peter Parker sebagai superhero.
Satu hal lagi, yang menjadi bumbu penyedap dalam setiap
kisah superhero ialah romantisme.
Apabila di film Tobey Maguire, Peter Parker hanyalah bocah rumahan yang jatuh
cinta dengan cewek tetangga sebelah, Mary Jane. Sedangkan versi Andrew
Garfield, Peter Parker adalah seorang juru foto terkenal di seantero sekolah
yang sesekali mencuri kesempatan untuk memfoto gadis pujaannya, Gwen Stacy.
Meski masih terlihat kaku dan malu, Peter Parker versi baru ini terasa lebih gentle dan jujur dengan perasaannya.
3. Menjadi Spider-Man
Salah satu momen penting ialah bagaimana Peter Parker
menjadi seorang superhero dengan
kedok Spider-Man. Di dalam film The
Amazing Spider-Man proses Peter menemukan jati diri sebagai Spider-Man
memang menjadi agak berbeda, meski memiliki benang merah yang sama dengan Spider-Man.
Di dalam komik, Peter pertama kali memanfaatkan kekuatan dan
menemukan ide untuk kostumnya yaitu dengan mengikuti pertarungan adu jotos di
televisi. Selanjutnya kematian Paman Ben yang dibunuh seorang pencuri setelah berusaha
mencari Peter. Nah, di dua kejadian di atas Spider-Man
lah yang lebih mendekati kisah di dalam komik. Berbeda dengan The Amazing Spider-Man, Peter terlibat
berkelahi dengan sekelompok kawanan gangster
dan seketika saat tengah berjalan di atap sebuah gedung, ia terjeblos
hingga terjatuh di atas ring tinju yang dindingnya terdapat gambar topeng, yang
kelak menjadi inspirasi Peter membuat kostum Spidey.
Selanjutnya, saat Tobey Maguire berusaha keras latihan untuk
berjalan di dinding, Andrew Garfield cepat beradaptasi dengan kemampuan itu
berbekal keahliannya memainkan papan skateboard.
Lalu, ketika Tobey secara otomatis bisa mengelurkan jaring laba-laba dari
pergelangan tangannya, Andrew harus membuat eksperimen terlebih dahulu dan
menciptakan sebuah alat yang menyerupai jam tangan sebagai pemasok jaring
laba-labanya untuk bergelantungan di gedung-gedung pencakar langit kota New
York.
Keunggulan lainnya
Meski The Amazing
Spider-Man memiliki persamaan benang merah dengan film Spider-Man, yang hadir pada 2002. Namun, kisah Peter Parker terbaru
ini memiliki dua hal yang terlihat lebih baik dibandingkan kisah terdahulu.
Pertama, Spider-Man lebih humanis dan natural. Sebagai
Spider-Man yang memiliki “mukjizat” dengan kekuatannya, dalam The Amazing Spider-Man Peter Parker
tetaplah seorang anak remaja yang polos di tengah aksi heroiknya. Sebagai
contoh, saat pertama kali mengenakan kostum lengkap di atas puncak gedung, ia
tetap saja membawa tas sekolah. Ada juga ketika ia menerima telepon dari Tante
May yang memintanya untuk membeli telur sepulangnya ke rumah, atau ketika ia
memainkan game di smart-phone saat menunggu kehadiran The Lizard di gorong-gorong kota.
Gejolak masa muda juga terasa di film ini, dengan adanya pemberontakkan Peter
Parker terhadap Paman Ben atau Tante May.
Kedua, kisah percintaan Peter Parker dan Gwen Stacy (Emma
Stone) memiliki chemistry lebih baik
dibandingkan Peter Parker dan Mary Jane. Hal ini mungkin saja tak lepas dari
kenyataan bahwa Andrew Garfield dan Emma Stone adalah sepasang kekasih di
kehidupan nyata. Di lain sisi, kisah Peter dan Gwen memiliki gejolak yang lebih
terasa layaknya kisah cinta anak muda lainnya, yang terkadang malu untuk
mengungkapkan perasaan ataupun ketika mereka sembunyi-sembunyi untuk melakukan
kencan agar tidak ketahuan orang tua Gwen.
Ada satu catatan penting pula, yaitu romansa sang manusia
laba-laba. Bila di film Spider-Man,
Peter Parker memilih untuk menjaga jarak dengan Mary Jane karena tuntutan
profesinya yang tidak kenal waktu, dalam The
Amazing Spider-Man alasan utama Peter Parker menjauhi Gwen Stacy disebabkan
oleh janjinya kepada Ayah Gwen sesaat sebelum ia meninggal, agar tidak membawa
Gwen ke dalam masalah yang kelak timbul karena perannya sebagai Spider-Man.
Kita bisa lihat bahwa Marc Webb sebagai sang sutradara mencoba membuat alur
cerita lebih masuk akal.
Kejanggalan
Selain poin yang udah gue sebutin di atas, ada juga beberapa
kejanggalan di film ini, yang lebih fokus kepada kedetilan film. Satu,
saat Spider-Man berusaha menyelamatkan anak kecil di dalam mobil yang nyaris
masuk sungai, ia memberikan anak itu topeng Spidey-nya agar si anak merasa
memiliki kekuatan seperti dirinya. Kejanggalan yang terjadi yaitu saat ia
berhasil menyelamatkan si anak, tiba-tiba saja topeng sudah digunakan lagi oleh
Spider-Man, tanpa kita tahu kapan si anak “rela” menyerahkan kembali topeng
itu. Kedua, saat pertama kali Professor Connors
menjadi The Lizard dan mengacaukan
Manhattan, seketika saat ia kembali ke wujud aslinya sebagai manusia, ia telah
menggunakan piyama putih. Momen ini terlihat kontras saat di akhir film ketika The Lizard berhasil dikalahkan
Spider-Man dengan bantuan serum, ia tidak menggunakan sehelai benang pun di
tubuhnya setelah berubah wujud menjadi manusia.
Di tengah pro-kontra, ataupun penilaian lainnya gue merasa
kisah terbaru manusia laba-laba karya Marc Webb ini, The Amazing Spider-Man, terasa lebih masuk akal dengan alur kisah
dan lebih mendalam dengan detil demi detil dari cerita yang disuguhkan. Namun,
suka atau tidak suka The Amazing
Spider-Man, telah mempertahankan pakem kisah superhero Marvel yang selalu
sukses bertengger di puncak box office berbagai
negara di dunia.
Komentar
Posting Komentar