CATATAN HATI: Cinta Jangan Bisu


Banyak petuah mengatakan, DIAM itu EMAS. Untuk beberapa momen hal itu bisa dibenarkan adanya. Namun, untuk masalah cinta, membisu akan membuatmu menyesal di kemudian hari. Ini bukan tentang ke-sotoy-an gue. Inilah catatan hati dari teman yang memelihara cinta dalam kebisuan.

Dua puluh tahun menjadi sendiri adalah pilihan hidupnya. Katanya bukan masalah nggak laku, atau nggak ada yang tertarik dengannya. Tapi hal itu disebabkan ia belum mendapatkan seseorang yang benar-benar bisa mengetuk pintu hatinya. Suatu ketika, dalam kebersamaan yang singkat. Ia menemukan seseorang. Ya, seseorang yang bener-bener mampu membuatnya luluh. Luluh tanpa arah hingga tak tahu harus berbuat apa.
Singkat cerita, teman gue ini meminta saran dan masukan dari seseorang yang ia anggap lebih berpengalaman dalam masalah hati. Tanpa pikir panjang dan ketika keberanian yang belum sepenuhnya besar, yang lebih dikarenakan rasa ragunya. Ia mengikuti sepenuhnya apa yang disarankan oleh penasehatnya itu. Alhasil, wanita pujaannya itu pun kini tidak pernah tahu apa yang dia rasakan sebenarnya. Mereka tak pernah mengetahui isi hati masing-masing. Hingga saat ini, hatinya itu masih sendiri dan yang ditinggalkan hanyalah kegalauan dan penyesalan. Setidaknya itu lah yang teman gue ceritakan ke gue.

Kita tinggalkan kisah teman gue yang pertama, kini kita berlanjut ke kisah cinta bisu lainnya. Kali ini dialami oleh teman kampus gue. Teman gue yang satu ini, bisa dibilang teman yang absurd dengan beribu pertanyaannya tentang hal-hal yang sepele. Sebagian besar teman-teman di kampus menghindarinya. Tapi, entah mengapa hanya kepada gue dan Ajiz, dia banyak bertanya berbagai macam hal. Mungkin merasa klop kali ya? Hehehe

Di awal masa kuliah, dia pernah merasakan jatuh cinta. Tapi, dia nggak berani mengungkapkannya secara langsung. Paling maksimal yang ia lakukan ialah dengan selalu hadir dimana cewek gebetannya itu berada, mau itu di kampus ataupun di luar kegiatan kuliah. Dia selalu ada. Namun, keberanian untuk mengungkapkan apa yang ia rasa tak pernah ada. Sungguh disayangkan.

Gue sadar kemungkinan besar si cewek yang dia taksir nggak akan menerima cinta dari teman gue ini, tapi setidaknya dengan mengungkapkan apa yang sebenarnya ia rasa cukup bisa membuatnya tenang dan terlepas dari rasa penasaran itu. Akan tetapi itu semua sudah terjadi. Kini, cinta membisu itu udah membuatnya makin ragu untuk mendekati seseorang yang ia kagumi. Kata D’Masiv, “Cinta ini Membunuhku”.

Dua kisah di atas telah membuktikan bahwa diam itu adalah penyesalan dalam urusan cinta. Dulu, gue juga pernah merasakan momen cinta bisu itu. Cinta itu terasa menyakitkan dan tak tahu harus bagaimana mengobatinya ketika melihat si doi sudah bersama pria lain. Syukurnya, kebisuan itu tak lama menyelimuti gue. Sampai suatu saat gue pernah ungkapin apa yang pernah gue rasakan untuknya, dan ternyata saat itu si doi juga merasakan hal yang sama ke gue. Disitulah gue menyadari kalau membisukan cinta itu hanya akan membuat kita merasa bodoh. Ditambah lagi penyesalan yang tak terperi. Namun, itu sudah jauh berlalu. Kini, gue udah nggak pernah menyesali apa yang sudah terjadi di masa lalu karena apa yang terjadi adalah mozaik-mozaik kehidupan yang membuat gue seperti sekarang ini. Gue yang, Alhamdulillah, telah menemukannya.

Satu pelajaran moral dari cinta bisu ini ialah kalau memendam rasa itu bukan hanya akan menyakitkan buat kita, tapi juga menyesakkan buat si doi. Kita kan nggak pernah tahu perasaan doi yang sebenarnya, siapa tahu dia juga memiliki rasa yang sama dengan kita. Kalau udah begitu, kita nggak cuma melukai hati sendiri dengan penyesalan, namun juga hati si doi dengan penantian tanpa kepastian. Maka, belajarlah untuk jujur dengan perasaan sendiri.

Cinta itu bukan untuk didiamkan, akan tetapi untuk diungkapkan, kawan.

Ciao for now!

Komentar

Postingan Populer