Pak Mus
Jauh. Di sebuah desa kecil di Kabupaten Wajo Sulawesi
Selatan. Saya mendapat pelajaran yang luar biasa dari seseorang yang sangat
luar biasa. Pak Mus nama orang itu. Seorang guru Matematika yang sudah cukup
senior mengajar di MAN Wajo. Dulu, beliau sangat disegani oleh sesama guru,
apalagi murid-muridnya. Namun, sebuah kecelakaan lalu lintas merubah itu semua.
Kini, selain menjadi guru Pak Mus bersama sang istri membuka
kios di kantin sekolah, yang selalu ramai dikunjungi saat jam istirahat. Perubahan
yang terjadi pasca kecelakaan itu ialah Pak Mus menjadi lebih “cerewet”. Pak
Mus seperti itu setelah mengalami dua kali operasi di kepalanya. Sebenarnya
kecerewetan itu masih sangat wajar, bahkan kata-kata yang beliau ucapkan
bukanlah pepesan kosong belaka, melainkan wejangan-wejangan layaknya seorang
Bapak kepada anak-anaknya.
Saya pun awalnya menganggap tidak ada yang salah dengan Pak
Mus, dan tidak pernah mengira bahwa beliau pernah koma berhari-hari akibat kecelakaan
yang nyaris merenggut nyawanya. Sampai seorang teman mengisahkan hal ini.
Setelah mendengar cerita itu, saya mencoba melihat Pak Mus dari sisi lain, sisi
penuh kewibawaan yang telah pupus. Pupusnya itu pun bukan karena sifat itu
hilang dari dirinya, melainkan “dipaksa” menghilang oleh beberapa rekan kerja
dan murid-muridnya.
Mereka menganggap Pak Mus orang aneh (maaf). Terutama para
murid, mereka tidak lagi merasa segan kepada beliau. Kehadiran beliau
seakan-akan bukanlah pertanda baik bagi mereka. Hal itu saya lihat sendiri
ketika Pak Mus menjadi perwakilan sekolah untuk menutup English Camp. Beberapa siswa menertawakan kehadiran beliau.
Tertawaan itu merupakan tanda kealpaan mereka. Kealpaan bahwa sebenarnya Pak
Mus menyimpan rasa cinta dan perhatian terhadap masa depan anak-anaknya itu.
Selama English Camp berlangsung Pak
Mus tak henti-hentinya untuk menasehati kami, para instruktur, untuk membantu
para peserta memahami bahasa Inggris karena beliau percaya apa yang didapat
selama jam pelajaran belumlah cukup meningkatkan kemampuan berbahasa mereka. Pak
Mus sungguh menyayangi mereka, namun mereka...
Tulisan singkat ini sekedar ingin menyadarkan bahwa tidak
ada yang abadi di dunia yang fana ini. Kesehatan, kekuasaan, kemapanan, dan lain
sebagainya tak akan bisa kekal dimiliki, kecuali ilmu pengetahuan. Pak Mus
mengajarkan kita semua bagaimana ilmu pengetahuan yang beliau miliki sebagai
guru masih tetap tersimpan rapih, meski kepalanya pernah mengalami cobaan yang
hebat. Walaupun dianggap berbeda pasca musibah yang dialaminya, beliau tetap
tidak berubah untuk selalu ikhlas menyampaikan ilmu-ilmunya itu.
Pak Mus menjadi guru kehidupan bagi saya. Pengalaman yang
beliau telah alami banyak menjadi renungan bagi diri saya pribadi. Kehidupan
yang dimiliki Pak Mus, jauh lebih berharga dari sepenggal kalimat yang
dilontarkan Mario Teguh ataupun kata demi kata yang tertulis di buku-buku
motivasi. Pak Mus mungkin tidak pandai memotivasi, namun kehidupannya dapat
menjadi pelajaran yang berharga. Pak Mus tidak mengajari kita untuk menjadi
bijaksana dalam kata-kata tapi beliau membimbing kita untuk menjadi ikhlas
dalam menjalani kehidupan.
Teruslah bersinar
walau habis terang, Pak...
Komentar
Posting Komentar