Catatan Hari Ini (19/1/13)

Halo Senin terakhir di Januari 2013! Semoga Januari terus menyisakan kebahagiaan hingga digantikan Februari beberapa hari lagi.

Hari ini perasaan gue dipenuhi oleh kerinduan akut, yang hadir karena Laras tengah KKL jadi nggak bisa digangguin begitu aja. Kadang kepikiran aneh juga gue bisa semellow ini, hehe.. Tapi nikmatin aja lah. Mungkin ada hikmahnya nanti.

Siang tadi gue ke kampus buat ngelakuin dua hal yang gak ada kaitannya dengan perkuliahan, bagi-bagi foto kelas dan ngaterin temen-temen ambil perlengkapan KKN. Nah, demi foto-foto kelas itu mereka ampe rela SMS dan nelepon gue pas masih ada di jalan terus bilang kalo dosen udah masuk. Padahal hari ini dosen S2 UGM itu nggak jadi masuk. Hasil dari sortir foto-foto itu gue dan Ajiz ditraktir makan siang di kantin sama Rahma dan Uni. Entah kesambet apa dua orang itu ampe rela meluluskan desakan kami untuk traktir makan. By the way, terima kasih ya semoga mendapat balasan setimpal atas memberi makan dua mahasiswa kelaparan, hehehe.

12 Februari 2013 mendatang semua teman-teman gue bakal berangkat ke lokasi KKN mereka, yang sebelumnya diawali dengan pembekalan pada minggu depan. Disini gue merasa sangat bersyukur atas diluluskannya permohonan gue untuk mendapatkan KKN Konversi dari keberangkatan gue ke AS beberapa bulan lalu. Jadilah gue udah mendapatkan sertifikat KKN dengan nilai A (4), dan sebagai gantinya gue bisa menikmati liburan di Surabaya dan Yogyakarta, lalu menyusun skripsi yang agung itu di rumah. Insyallah semua rencana berjalan lancar.

Nah perihal dengan nggak masuknya dosen gue hari ini, yang gue sebut dosen S2 UGM itu lumayan membuat kecewa. Hari ini dijadwalkan untuk mengumpulkan tugas akhir karena ketidakhadirannya itu jadilah pengumpulan tugas diundur hingga hari Jumat. Banyak kedongkolan yang keluar dari mulut temen-temen gue itu mengenai dosen S2 UGM itu sejak hari pertamanya menggantikan posisi Mom Ros yang masih melanjutkan S3-nya. Ada yang benci karena kesombongannya, yang selalu menyebut dengan kebanggan tingkat tinggi mengenai masa kuliahnya di UGM, meski cuma 2 tahun. Lucu juga sih, bahkan ‘kebanggaannya’ itu jadi bahan becandaan gue buat temen-temen. Setiap jam perkuliahannya, gue selalu mencoba taruhan sama temen-temen tentang kalimat apa yang selalu keluar dari mulutnya. Dan (dengan bangga) gue selalu bisa menebak kalimat dengan benar itu, yaitu “Menurut dosen saya di UGM bla bla bla...”, “Teman saya di UGM bla bla bla....”, dan “Mahasiswa bimbingan saya bla bla bla...” Hehehe.

Lucu juga sih kalo melihat muka temen-temen di kelas saat beliau mengatakan kalimat-kalimat itu, ada yang jutek, nggak sedikit pula yang langsung menengok ke gue, dan dengan tulus gue membalasnya dengan tawa. Bahkan tadi keluar kalimat pengandaian dari seorang teman, “Bagaimana ya sombongnya mom kalau dia kuliah di luar negeri?” Teman-teman yang lain langsung menjawab dengan penuh keyakinan bahwa ‘kebanggaannya’ itu akan meningkat pesat, sangat pesat. Dan di sisi gedung gue yang juga mendengarkan hanya tersenyum. Bahkan ada temen yang bilang (dari seseorang yang terpercaya) bahwa di balik ‘kebanggaan’ itu angkatan yang beliau banggakan itu disebut sebagai satu yang gagal karena tidak mampu menyajikan sesuatu yang baru. Entah benar atau tidak, gue jujur nggak peduli.

Memang akan jadi masalah ketika kita amat bangga dengan apa yang kita punya. Mungkin kita ingin membangkitkan semangat orang lain dengan menyampaikan pencapaian itu, namun hal itu sangat sangat curam untuk ditanggapi sebagai sebuah kesombongan dari para pendengar. Di sinilah diuji bagaimana cara penyampaian kalimat-kalimat itu, dan dibantu juga dengan mimik muka. Gue belajar banyak hal ini dari nasehat yang diberikan Mba Fenty dan Mba Vera setelah kami, IELSP Cohort X Colorado, menjalani After Arrive Orientation. Di sana beliau menasehati kami tentang ‘kebanggaan’ itu dan bagaimana cara menyampaikannya.

Kutipan hari ini: “Kebanggan itu tidak membutuhkan pengakuan.”

NB: Laras malam ini bermalam di Asrama Haji Pondok Gede.

Komentar

Postingan Populer