CATATAN HATI: E N A M
Hari ini memasuki angka ENAM. Keseluruhan waktu itu berjalan
dengan begitu cepat, disaat rutinitas harian kita tetap dan tidak berubah untuk
menjaga tali kisah ini. Semua mengalir begitu saja, menjadi bagian hari yang
tidak bisa dipisahkan lagi. Dengan segala kelebihan dan kelemahan, kini aku
terus belajar untuk mencintaimu dengan bijak.
Mencintaimu dengan seluruh rasa memanglah tidak sulit. Mengabdikan
hidup ini demi kebahagianmu juga tidak sulit. Menjauh darimu memang fase sulit,
tapi mencintaimu dengan bijak lah yang tersulit.
Aku sudah terpaut dalam segala rasa yang aku punya untukmu.
Aku sudah terlalu jauh mendalami indahnya kisah ini. Aku sudah menahbiskanmu untuk
setiap momen dalam sisa hidup ini. Namun, aku tahu cinta ini harus bijak. Aku
tak bisa terus memaksakan ego hati untuk bisa terus melihat hadirmu dalam
setiap hari, ataupun untuk selalu bisa menemuimu dalam setiap helaan waktu.
Kita memiliki dunia yang berbeda, yang disatukan oleh sebuah komitmen yang kita
sebut itu cinta. Mungkin aku tidak akan selalu ada untukmu, mungkin nanti dari
24 jam waktu dalam sehari aku hanya bisa menatapmu ½ dari total waktu itu.
Namun, hal itu bukanlah masalah karena hadirmu ialah oase dari segala tandusnya
gurun keseharian yang akan hadir dalam kehidupanku di masa mendatang.
Bila sebelumnya, telah puluhan hati lain mencoba menyambangi
hatimu dengan segala janji, materi, bahkan nurani yang kelak mereka beri untuk
memiliki hatimu. Aku berusaha untuk selalu bijak. Aku bahkan tidak pernah
selalu mampu menyiarkan janji-janji karena aku tahu janji itu kan menguap dan
hilang tanpa jejak, kecuali semua yang telah kita ucapkan bersama dengan untaian
jari di satu hari bulan kemarin. Pula, aku tidak akan pernah memiliki materi
yang akan sepadan untuk memberikanmu semua hal yang ada di jagad raya ini,
kecuali keceriaan hari yang kelak akan mahal terasa karena kamu lah harta
terbesar dalam hidupku. Dan, aku tidaklah memiliki nurani yang sempurna yang
bisa selalu menyenangkanmu, jujur hingga saat ini, satu atau bertahun-tahun
nanti aku akan terus mempelajari dirimu yang tidak akan bisa aku luluskan
pembelajarannya, kecuali aku akan selalu menyajikan kejujuran diri dengan
segala kelemahan dan dilihatkan sensasi lain dalam dirimu.
Dengan segala rasa bijak itu, akan selalu ada kelemahan dan
kekurangan yang terus membuatmu mengalirkan air dari kedua kelopak mata yang
penuh pesona itu, akan selalu ada cobaan yang akan terus menguji kita, dan akan
selalu ada doa dan harap demi mimpi-mimpi kita. Karena semua itu lah tanda-tanda
yang diberikan Sang Khalik untuk menyatukan kita.
Dengan bijak pula aku mengakui pernah merasakan kegagalan
dalam mencinta atau dicinta, namun bersamamu aku merasakan sesungguhnya
mencinta dan dicinta dalam satu waktu.
ENAM hanyalah sebuah awal yang lain. Tidak akan ada angka
yang menjadi akhir. Angka demi angka itu akan terus berganti dalam kebersamaan
yang tidak akan terhenti. Selamat ENAM, sayang! Hingga tiba saatnya tahun
ke-ENAM di dekade kedua abad 21, menjadi satu waktu teristimewa dalam
perjalanan kita.
LOVE.
Komentar
Posting Komentar