Review Album Di Atas Rata-Rata: Proyek Monumental Cilik
kidnesia.com |
Memasuki medio 2000, industri
musik Indonesia dibanjiri beragam aneka jenis musik yang silih berganti
menguasai pasar. Serta, hadir pula macam-macam acara musik yang menjadi wadah
untuk lahir dan terkenalnya musisi-musisi baru. Tapi, di tengah situasi itu
disadari atau tidak musikalitas musisi di Tanah Air hanya berkutat pada genre-genre yang saat itu dianggap
disukai pasaran. Berbeda dengan apa yang hadir di dekade 1990-an saat pemusik
Pop, Rock, Metal berbagi kue industri dengan pemusik cilik, yang menyanyikan
lagu-lagu tentang keseharian mereka sebagai makhluk suci yang polos dan tak
berdosa.
Hadirnya anak-anak Di Atas
Rata-Rata (DARR), yang merupakan proyek Erwin Gutawa dan Gita Gutawa, bisa
menjawab kegalauan penikmat musik Indonesia yang merindukan kehadiran anak-anak
menampilkan suguhan musik berkualitas dengan ciri khas keluguan dan kepolosan
mereka.
DARR terdiri dari 13 anak yang
berusia sekitar 9-14 tahun yang berasal dari tiga kota besar Indonesia;
Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Mereka bukanlah sembarang anak kecil, tapi
mereka merupakan musisi-musisi cilik nomor wahid yang berhasil lolos dari
audisi yang dilakukan Erwin Gutawa dan Gita Gutawa.
Perpaduan antara aransemen musik
berkelas Erwin Gutawa dan kepekaan musik masa kini Gita Gutawa menjadi ramuan ajib untuk menyuguhkan 10 track dengan warna musik berbeda nan
apik, namun tak sedikitpun meninggalkan sisi kekanakan mereka.
Sensen ditampuk sebagai pembuka
album DAAR dengan lagu legendaris dari Titiek Puspa, “Apanya Dong”. Nuansa rock
membalut lagu ini. Suara renyah dan melengking dengan cengkok blues yang kental
menjadi ciri khas anak asal Surabaya dengan rambut gondrong dan berkacamata
ini. Usai dihentak oleh Sensen, di track 2
Ari membawa kita untuk menjadi sendu dengan lagu “Ayah”. Suara Ari yang jernih
dengan nuansa soul ampuh membuat
pendengar untuk tersentuh dengan lagu ini. Kanya menjadi perempuan pertama yang
melatunkan suaranya di album DARR dengan lagu monumental ciptaan Guruh Soekarno
Putra. “Melati Suci”. Dengan suara Kanya, lagu ini dibawa dalam rasa jazz yang manis dan lembut. Selain
solois DAAR juga menampilkan dua trio,
salah satunya Aeroa. Diambil dari nama ketiga personilnya, Naomi, Rara, dan
Dea, Aorea menyanyikan lagu fenomenal dari Samsons yang berjudul “Kenangan
Terindah”. Ketiga dara ini memiliki kualitas vokal mengagumkan, sehingga ketika
dipadukan dalam trio mereka berhasil menyajikan
harmonisasi vokal yang luar biasa, tanpa menghilangkan kekhasan masing-masing.
Kalau sebelumnya ada Kanya dengan ballad jazz, di track 5 ada Rafi yang juga jazzy
dengan insting improvasisi vokal yang mengagumkan. Menyanyikan lagu “Do Be
Do”, Rafi memberikan warna tersendiri yang mampu menghilangkan sosok Gita
Gutawa yang pertama kali mempopulerkan lagu ini.
Suara sopran Dian yang
menyanyikan lagu “Kupu-kupu” karya klasik Melly Goeslow. Dengan ornament orchestra
melatari lagu dengan sentuhan musik klasik, sekali lagi menyadarkan pendengar
bahwa mereka bukan sekedar penyanyi ingusan. Track 7, ada Noni yang memiliki musikalitas tingkat tinggi dengan
suara yang flesksibel untuk berbagai genre
musik. Membuat Erwin Gutawa dan Gita Gutawa menciptakan satu lagu khusus untuknya,
“Di Duniaku”. Tidak lengkap rasanya, bila album yang menampilkan anak-anak luar
biasa ini tidak menampilkan musik etnik tanah air. Oleh sebab itu, hadirlah
Woro. Menyanyikan “Walang Kekek” menjadi pembuktian keorisinilan Woro sebagai
pemusik cilik yang bergelut dalam musik tradisional Jawa. Trio terakhir di
album DARR ialah Boy Sopranos. Beranggotakan Sabian, Moses, dan Christo, ketiga
bocah ini layaknya Il Divo cilik dari Indonesia, yang menyanyikan lagu “Damai
Bersamamu”. Suara soprano ketiganya membuat lagu ini terdengar sangat mendalam
dan menyentuh. Seperti laiknya album-album tematik kompilasi, pasti disisipi juga
anthem. DARR juga memiliki itu. Lagu
berjudul “Jangan Remehkan” memberikan pesan bahwa mereka adalah 13 anak
Indonesia yang nyaris memiliki segalanya untuk menjadi besar dan melegenda di
masa depan. Semoga.
Dengan proyek DARR, Erwin Gutawa
dan Gita Gutawa seakan ingin menampilkan penyanyi-penyanyi cilik ini bukan
hanya sekedar sebagai idola cilik, yang akan timbul sesaat lalu tenggelam
ketika tumbuh dewasa. Melainkan mereka ingin mempersiapkan anak-anak itu
memasuki industri musik Indonesia yang terkenal keras dan serba instan. Yang
patut dibanggakan dari album ini ialah komposisi lagu yang semuanya berbahasa
Indonesia. Selain itu, penyesuaian tema lagu juga sangat diperhatikan dalam
konsep album ini. Meskipun ada lagu yang sebelumnya bercerita tentang cinta
muda-mudi, demi menyesuaikan konten anak-anak, lagu-lagu itu lebih bersifat
cinta secara universal.
Pula, DARR menunjukkan bahwa
Indonesia punya bakat-bakat musik yang luar biasa di masa depan, bukan hanya
musisi aji mumpung yang mendewakan lipsync saat tampil di atas panggung.
Dengan anak-anak DARR, kita bisa berharap masa depan yang mendunia bagi musik
Indonesia.
Komentar
Posting Komentar