Review PARAMORE - Paramore: Awal Baru Nan Penuh Warna

hangout.altsounds.com


Empat tahun sudah berlalu semenjak hadirnya Brand New Eyes, yang berhasil menancapkan nama Paramore ke belantika musik rock dunia dengan hits single macam “Brick By Boring Brick”, “The Only Exception”, dan “All I Wanted”. Di tahun 2013, trio Hayley Williams, Taylor York, dan Jeremy Davis hadir kembali dengan album keempat yang bertajuk Paramore. Proses produksi album ini tidaklah berjalan mulus, banyak cobaan yang dihadapi grup pop-rock alternatif ini, salah satunya dengan cabutnya dua bersaudara Zac dan Josh Farro, yang tak lain adalah pendiri dan juga pencipta lagu-lagu dalam tiga album terdahulu Paramore. 

Kendala yang dihadapi tidaklah menyurutkan ketiga personil tersisa untuk terus berkarya, Dengan bantuan dari Ilan Rubin (drummer Angels & Airwaves dan Nine Inch Nails), band asal Tennessee memasuki dimensi musik baru yang lebih beragam dari segi genre. Kematangan bermusik trio ini dibuktikan dengan bertenggernya album ini di posisi puncak chart di tujuh negara yang tersebar di belahan Eropa, Amerika Selatan, hingga Amerika Utara, termasuk US Billboard 200. Inilah album tersukses Paramore sepanjang karier bermusik mereka.

Sampul album Paramore menampilkan ketiga personil Paramore dengan latar hitam dan riasan acak-acakan di sekujur muka dan busana mereka. Tampilan sampul ini mewakili materi yang terdapat di album ini, yang mengesankan kecuekan mereka dan tidak terpaku pada satu jenis genre musik.

Paramore dibuka oleh lagu ber-beat catchy yang berjudul “Fast In My Car”. Gebukan irama drum dan synth mengiringi suara Hayley yang menyanyikan lirik dengan gambaran suasana bandnya saat segala konfik mendera mereka. Lagu pembuka inilah nafas utama dari comeback Paramore. Single perdana di album self-titled ini, “Now” menunjukkan taji Paramore sebagai grub band yang bermain di ranah rock alternatif. Distorsi gitar, melodi bass, dan permainan drum penuh tempo menjadikan lagu ini terdengar sangat Paramore, sebagaimana yang selama ini dikenal khalayak. Lagu ketiga “Grow Up” menyajikan beat yang terdengar menyenangkan. Lagu ini melepaskan suara-suara distorsi yang selama ini selalu identik dengan Hayley cs. Lagu ini menyiraktkan pesan untuk berpikir dewasa, seperti dalam chorus “Some of us have to grow up sometimes / And so, if I have to leave you behind”. Pesan yang penuh arti di tengah sound yang terkesan remeh dan tidak serius.

Track selanjutnya “Daydreaming” mengisahkan fantasi untuk membangun dunia sendiri yang didasari khayalan. Lagu ini bertempo sedang di awal lagu dan perlahan tempo dipercepat hingga di bagian refrain kemegahan mengalun di indera pendengaran. Juga di lagu ini, suara synth ciri khas Angels & Airwaves sangat terasa. Lanjut, “Ain’t It Fun” adalah satu lagu rock yang tidak biasa. Perpaduan nuansa funky-rock dengan choir menghasilkan satu lagu dengan nuansa soul yang kental ala Stevie Wonder. Inilah salah satu warna baru Paramore. “Part II” merupakan lanjutan dari “Let The Flames Begin” yang terdapat di album Riot. Masih terasa rock alternatif yang kuat, namun tidak sekeras di lagu pendahulunya.

Lagu berjudul “Last Hope” merupakan salah satu lagu lembut di album ini. Hayley menyuarakan keoptimisan, yang diiringi berurutan oleh kocokan gitar elektrik bertempo lambat, lalu diikuti oleh bass dan keyboard, dan masuknya dentuman drum perlahan meningkatkan tempo lagu ini. Lagi, Paramore mencoba memainkan suasana hati pendengar dengan nuansa lagu yang bermetamorfosis di setiap bagiannya. Jagoan kedua pada album ini ialah “Still Into You”. Lagu pop bertempo cepat yang akan mampu mengajak kita bergoyang ini merupakan lagu cinta-cintaan. Terdengar manis dan sangat eye-catching. Lagu yang membawa warna baru bagi Paramore. Setelah berdendang riang, Paramore menyajikan kita satu lagu rock-punk “Anklebiters”, yang diperuntukkan untuk orang-orang yang selalu menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Sebuah lagu yang mengajak kita untuk intropeksi diri dan percaya akan potensi diri sendiri. Distorsi gitar di intro lagu “Proof”  akan membuat kita merasa lagu ini akan bernuasa rock, namun pada chorus dan interlude nuansa power pop yang jauh lebih terasa. Lagu yang satu ini mengisahkan bagaimana setomboy dan seberaninya seorang cewek akan merasa lemah juga apabila dipisahkan jarak oleh sang pujaan hati. Sebuah lagu cinta yang tidak disangka-sangka.

“Hate to See Your Heart Break” sebuah lagu sendu yang kental rasa ballad country dan dibarengi dengan alunan instrumental. Lagu yang menenangkan, sekaligus dapat mengakibatkan kegalauan yang akut bagi pendengar yang sedang atau barusan patah hati. Siapkan tisu untuk air mata yang akan mewakili dalamnya perasaan di lagu ini. Selanjutnya ada “(One of Those) Crazy Girls” yang menarasikan seorang wanita yang enggan berpisah dengan kekasihnya. Di chorus Hayley mendendangkan “Baby, are we over now? / Maybe I can change your mind? / As soon as you walk out my door / I’m gonna call a hundred times”. Lagu ini bernuansa pop yang dipadukan dengan petikan gitar tradisional Amerika pada intro dan outro. Satu lagu energik dapat didengarkan di track berjudul “Be Alone”. Dengan warna rock alternatif, nuansa lagu ini seakan perpaduan antara 30 Seconds To Mars dan All Time Low. Harmoni vokal Hayley pada lagu nomor 16 ini berhasil menjadi kekuatan yang menandakan rasa musik Paramore, meskipun ada pengaruh dari musisi lain. Lagu terakhir “Future” ialah track penutup yang mengesankan. Lagu pamungkas ini mengisyaratkan bahwa album ini bukanlah akhir, melainkan masih ada masa depan yang akan dihadapi bersama oleh Hayley, Taylor, dan Jeremy. Alunan akustik gitar dan rintihan suara harapan gadis berambut merah, Hayley, mengawali lagu, lalu setelah memasuki menit ketiga hingga akhir digantikan oleh distorsi gitar dan hentakan drum yang bebas dan tanpa lirik. Demikianlah cara Paramore meresepkan perpisahan pada album self-titled ini. 

Dari 17 lagu yang tersedia, disisipkan pula tiga lagu interlude yang masing-masing berjudul, “Moving On”, “Holiday”, dan “I’m Not Angry Anymore”. Ketiga interlude ini memiliki keseragaman yakni nuansa akustik yang hanya diiringi oleh ukulele.

Album self-titled ini menyajikan kedewasaan yang dihasilkan oleh trio Paramore. Dengan kecuekan yang tidak terpaku pada sebuah genre musik, mereka berhasil menghasilkan lagu-lagu yang berbeda dan fresh, namun tidak sedikit pun menghapuskan nafas Paramore yang enerjik dan muda. Menurut saya, inilah album terbaik Paramore sekaligus salah satu album terbaik dan paling memuaskan di tahun 2013 sejauh ini. Dan ditengah keraguan orang atas kualitas yang menurun pasca ditinggal duo Farro, Paramore dengan kekuatan yang tersisa bahkan terdengar jauh lebih matang dan mantap dalam menciptakan lagu-lagu, serta warna musik yang lebih ekperimental menjadi nilai lebih di album ini. 

Score: 4 dari 5 poin


Komentar

Postingan Populer