CATATAN HATI: Rumah
Rumah...
Ketika orang-orang berkata
‘rumah’ otomatis mereka langsung terbayang sebuah bangunan yang disekat oleh
tembok, dilindungi oleh jendela, dan dibentengi oleh pagar dan pintu. Sebuah
bangunan tempat mereka berlindung, terlelap, dan berkumpul. Namun diakui atau
tidak, seluruh hal di dunia memiliki rumah. Rumah sebagai sebuah media untuk
kembali yang menjadi sandaran serta patokan kesadaran kita seberapa jauh kaki
ini telah melangkah. Oleh sebab itu, hati pun memiliki rumah.
Selayaknya rumah-rumah yang lain,
yang kita harus berusaha mendapatkannya melebihi sekedar materi. Selayaknya
rumah-rumah yang lain, yang dicari berdasarkan rasa kenyamanan dan kecocokan.
Selayaknya rumah-rumah yang lain, yang diminati karena kemampuannya membuat
kita rindu untuk pulang. Seperti itu pula lah rumah hati.
Hatiku hanyalah kepingan rapuh
yang butuh tempat perlindungan. Hatiku diciptakan hanya satu bagian, agar kelak
dapat menemukan bagian yang lain untuk melengkapinya. Hatiku mengharapkanmu
menjadi tempat berteduh dari segala panasnya dunia, dinginnya hujatan di luar
sana, tandusnya apresiasi, keringnya perhatian, serta kerasnya usaha mengejar
harap dan impian. Hatiku mendambamu menjadi rumahnya.
Mungkin terlalu muluk. Terlalu
jauh pula. Atau terlampaui akal sehatmu. Mungkin kau belum pernah terpikir
memiliki rumah untuk hatimu. Aku pun juga dahulu begitu. Tidak pernah terpikir
untuk mencari tempat kembali untuk hati ini. Tetapi setiap mengingatmu yang
dipisahkan jarak dan waktu, aku merasakan perasaan untuk selalu pulang. Pulang
kepada hati yang selalu menanti kehadiranku kembali.
Karena sejauh kaki ini melangkah,
setinggi raga ini menjangkau asa dan mimpi, tujuan akhir dari seluruh perjalanan
ini hanyalah untuk pulang ke rumah. Rumah hati: Kamu...
Komentar
Posting Komentar