Cerita Tersisa Dari Diskusi "Kompas Kampus"
Selepas shalat Jumat (12/7) lalu,
dering “Ever Enough” dari handphone berkumandang.
Sebuah nomor berkode Jakarta menghubungi. Sesaat pembicaraan singkat terjadi
yang intinya Jumat (19/7) depan akan ada diskusi Kompas Kampus di Makassar, dan gue sebagai dedengkotnya Kompas MuDA
Makassar diserahkan amanah untuk mempersiapkan segala persiapan keperluan
diskusi tersebut dan mengundang para peserta, yang ditargetkan 100 orang.
Tim Kompas MuDA bersiap. |
Senin dan Selasa selanjutnya
mulai lah gue menjalankan aksi untuk menarik peserta untuk diskusi tersebut.
Berhubung acara yang lumayan mendadak, jadilah media sosial dijadikan ujung
tombak untuk mempromosikan diskusi kece ini. Twitter dan Facebook seakan
menjadi senjata ampuh karena di hari Selasa peserta yang mendaftar sudah mencapai
50 orang. Berhubung gue udah agak mengenal karakteristik teman-teman di
Makassar yang biasa mendaftar event berbondong-bondong mulai H-1, jadi capaian
itu sudah cukup memuaskan. Di hari Rabu, gue bergegas ke kampus UIN Alauddin
untuk memberikan undangan kepada para pimpinan BEM Fakultas dan Universitas,
yang kebetulan pada hari itu tengah mengadakan rapat konsolidasi pelaksanaan
orientasi mahasiswa baru di gedung Rektorat UIN.
Maen PS dulu coy, :D |
Satu hari menjelang acara, gue
sadar bahwa temen-temen Kompas MuDA sebagian besar sedang ada kesibukan
masing-masing dan tidak berada di Makassar, yang tersisa hanyalah Ajiz, Dewi
Bundo, Dewa, Frans, dan Wawan. Demi mengefektifkan persiapan, gue mengajak
beberapa teman yang berminat mendaftar menjadi volunteer kami, jadilah di hari Kamis siang diadakan briefing teruntuk teman-teman baru itu.
Sebenarnya ada sekitar 10 orang
yang mengonfirmasi keinginannya dengan Kompas MuDA melalui SMS ke gue, tapi
ketika di hari Kamis hanya 5 orang yang datang dan di hari acara menyisakan 4
orang saja. Sempat meluas kabar bahwa Kompas MuDA membuka pendaftaran baru, dan
sebagian besar dari mereka menyayangkan waktu yang mendadak untuk pendaftaran
itu. Melalui tulisan ini, gue mau menjelaskan kepada teman-teman semua bahwa
kemarin bukanlah pendaftaran resmi, hanya sebuah “Berkah Ramadhan” bagi
teman-teman yang benar-benar ingin bergabung dengan kami. FYI, pendaftaran Kompas MuDA batch VI akan hadir di bulan Oktober
ini. So, be patient muDAers!
Di hari Kamis pula datanglah
Annisa a.k.a Zaa, dia ini Marcomm yang ditugaskan bertanggung jawab pada bagian
teknis acara diskusi ini. Selepas Magrib, Zaa tiba di kantor Redaksi Kompas
Makassar. Ternyata, inilah DLK (Dinas Luar Kota) pertama ibu yang satu ini ke
luar Jawa, jadilah dia mengajak kami untuk benar-benar menjelajahi Makassar,
meskipun malam telah larut. Usai briefing
internal, gue, Ajiz, Bundo dan Zaa kita bergegas menuju Anjungan Pantai
Losari. Si Zaa ini sangat penasaran untuk berfoto di depan tulisan “Losari”
yang ada di pelataran Anjungan. Nggak cukup sekedar “Losari”, kami menemani Zaa
berfoto di depan tulisan “Bugis”, “Makassar”, dan miniature becak lokal. Puas
mengabadikan momen-momen, kita memilih nongkrong di depan Fort Rotterdam untuk
makan pisang ‘epe. Pukul 1 pagi barulah kita beranjak dari tempat itu.
Lan.. Jalan.. |
Ini pengamen yg diminta khusus Zaa buat nyanyi. |
Gak lengkap sih katanya kalo ke Makassar, nggak foto di sini. |
Hari yang dinantikan tiba. Sejak
pukul 9 kita sudah berkumpul di Kantor Redaksi untuk mempersiapkan keperluan
acara. Mulai dari backdrop, roll-up
banner, kursi, screen projector dan souvenir disiapkan seluruhnya sebelum
shalat Jumat. Dalam persiapan seluruh perlengkapn itu, kami sempat menemukan
kejadian-kejadian lucu. Pertama, saat ingin menyewa layar proyektor dua dari
tiga tempat penyewaan yang dihubungi menawarkan harga sewa 1 Juta Rupiah, namun
di tempat ketiga yang berada di kawasan Kampus Unhas harganya cuma 30 ribu
perak. 30 RIBU, cuy! Gile, nggak kepikiran aja jauhnya perbedaan harganya,
he-he-he. Kedua, kita butuh TV plasma untuk menyiarkan video-video promo.
Faktanya harga sewa TV plasma itu di atas 500 ribu, bahkan ada yang menyentuh
angkan 1-2 Juta cuy. Tak habis akal, demi mendapatkan TV itu kami memilih untuk
menyewa PS3. Di tempat penyewaan PS3, bukan hanya meminjamkan PS namun juga TV
plasmanya, dan itu hanya 65 ribu! Kita sukses menghemat uang dan mendapat tambahan
fasilitas lainnya karena bisa main PS sekalian, :D.
Selesai menjalankan ibadah Shalat
Jumat, gue dan kawan-kawan bertemu sapa lagi dengan Mba Tarrance, Maminya
anak-anak Kompas MuDA. Selain itu, gue juga ngobrol sama Mba Chipi. Saat itu
dia sempet mengucapkan maaf kepada gue atas alpanya nama gue di liputan Kompas
MuDA 100 Hari Keliling Indonesia di rubrik MuDA Jumat minggu lalu. Sebagai
gantinya, dibuatlah “Ralat” perihal penulis liputan tersebut.
briefing event. |
Seperti yang udah gue bilang
sebelumnya, optimisme tercapai target peserta 100 orang Alhamdulillah kesampaian. Bahkan peserta di acara diskusi itu
melebihi 100 orang. Yeee!
rehearsal diskusi, ;p |
Makassar seperti biasa selalu
memiliki antusias tingkat tinggi dalam setiap diskusi, alhasil tidak
henti-hentinya peserta mengacungkan tangan untuk menyampaikan argumentasinya
berkaitan dengan teman diskusi “Prestasi v Anarki”. Diskusi yang dimulai dengan
pelatihan jurnalistik, diakhiri dengan buka puasa bersama. Lancarnya diskusi
membuat kami sangat bersyukur. Ditambah lagi cuaca yang bersahabat karena
langit mendung tanpa hujan membuat suhu menjadi sejuk, tidak panas seperti
biasanya. Inilah “Berkah Ramadhan” lainnya. J
Buka puasa berkah Ramadhan. |
Malam ditutup dengan farewell gathering. Dimulai makan malam
di restoran Dinar dengan berbagai macam jenis seafood, lalu menyantap dessert
di Café Layar yang terdapat di Makassar Golden Hotel.
Kejadian unik lain, ketika makan
malam gue sempet ngobrol panjang dengan Mba Chipi perihal keputusan gue kuliah
di Kota Daeng hingga pengalaman dapat beasiswa ke Amerika. Dan ternyata kita
punya pengalaman yang sama di Paman Sam karena tinggal di Negara Bagian yang
sama, Colorado. Bedanya dia kuliah di Colorado University of Denver, nah kalo
ane di Colorado State Univ. Dua kampus yang punya rivalitas hebat di segala
bidang. Selain ngomongin Colorado dan isi-isinya, dengan Mba Chipi gue juga
bicara panjang lebar mengenai “Running Man”, reality show yang dijamin akan
membuat orang tertawa dan mulai menyukai Korea.
Farewell party. |
Malam panjang diakhiri dengan berfoto
sebagai penyangkut kenangan kami.
Komentar
Posting Komentar