CATATAN HATI: Mengenal Melalui Kesukaan

Menjalin kisah kasih dengan seorang yang dicintai secara langsung dan tidak langsung akan membawa kita kepada kehidupannya. Di sana kita akan menemukan kesukaannya dan kegemarannya. Sehingga banyak orang yang mulai memahami ilmu pengetahuan atau menggemari musik karena pasangannya menenggelamkan dirinya dalam dua bidang itu. Ini bukanlah ajang ikut-ikutan melainkan sebuah cara untuk lebih memahami sang pujaan hati.

Menjelang satu tahun kebersamaan, aku mencoba mengabadikan kembali momen-momen yang pernah kita lewati bersama. Bagaimana dirimu telah membawaku pada beberapa hal yang kamu gemari. Aku pun tidak segan untuk mempelajarimu dari berbagai hal itu. Toh, semua itu ampuh membuatku untuk merasakan besarnya artimu.

Meskipun dalam setahun ini kebersamaan kita tidak sampai tiga bulan, terhitung mulai akhir September hingga awal Oktober di Colorado dan sepanjang Februari hingga awal Maret di Yogyakarta, kita sudah memahami masing-masing kegemaran. Aku yang sangat kecanduan sepak bola, sedangkan kamu yang tidak bisa melepaskan diri dari drama Asia dan, pastinya, Running Man. Inilah kita yang memang berasal dari dua kutub berbeda, yang sejak aku mengenalmu memang terlihat tidak ada ketertarikan serupa, kecuali obsesi kita akan London dan travelling keliling dunia.

London. Satu kota yang dibelah Sungai Thames yang memberikan berjuta pesona bagi kita berdua. Satu kota yang memulai hadirnya ikatan kita satu sama lain. Satu kota fenomenal di Eropa yang akan menjadi titik mula dari misi kita guna menaklukan benua biru hingga Sahara Afrika bersama pada tiga tahun mendatang. Banyak suara yang mungkin akan mengatakan ini terlalu muluk, tapi kita sudah terlalu percaya bahwa “mimpi-mimpilah yang menyatukan kita”. London.

Kegilaanku pada sepak bola awalnya memang menjadi hal yang paling sulit kamu terima. Masih ingatkan bantingan pintumu saat aku tengah menonton Juventus vs. AS Roma di kamar Newsom 375-ku? Aku tahu itu terasa berbeda, namun dari itu aku belajar bahwa dirimu tak ingin diacuhkan hanya demi kompetisi perebutan sebuah bola oleh 22 orang di atas lapangan hijau. Bersyukur seiring berjalannya waktu kamu pun mulai bisa menerima dan memahami aku dengan bola. Bahkan sekarang kamu pun tidak mau ketinggalan update skor dari tim favoritmu, Real Madrid.

Di sisi lain, kamu sungguh menggandrungi drama, terutama Korea. Pernah di Dunward Hall kamu mengajakku untuk menonton sebuah drama yang aku pun tak pernah bisa ingat judulnya. Di percobaan pertama menonton itu pun aku sukses tertidur dengan nyenyak. Momen-momen selanjutnya pun sama. Aku pun jujur padamu bahwa drama Bollywood lebih membuatku tertarik dibandingkan drama-drama Asia Timur. Seperti tak habis akal, Februari lalu kamu mencoba lagi menerjunkanku pada kegemaranmu menyaksikan sebuah reality show asal Negeri Ginseng, Running Man. Demi membuatku suka dengan tontonan itu, hadirlah sebuah kecerdikanmu. Episode 96-97 kamu sungguhkan padaku. Duo episode istimewa karena menghadirkan Park Ji Sung sebagai bintang tamu, satu-satunya selebriti olahraga Korea yang aku sangat tahu. Pemilihan episode yang tepat, alhasil hingga kini pun aku senang menyaksikan acara itu dan mulai menonton juga film-film Korea meski dengan genre tertentu.

Inilah ikhtiar kecil kita untuk saling memahami satu sama lain dengan menggunakan kegemaran sebagai sudut pandangnya. Setiap menyaksikan acara kegemaranmu itu sudah pasti aku akan mengingat dirimu, dan berharap bisa lagi menyaksikan itu bersamamu. Ini hanyalah ikhtiar kecil karena di masa mendatang akan ada ikhtiar yang lebih besar yang akan membawa kita untuk saling menyesuaikan satu sama lain. Semoga pada masa itu kita bisa terus memahami dan melepaskan ego pribadi untuk saling mengerti bahwa kita adalah dua kutub berbeda, yang diikatkan karena keberhasilan menyesuaikan diri atas dua medan yang tidak pernah sama. 

Komentar

Postingan Populer