Review Film CRAZY, STUPID, LOVE: Balada Mempertahankan Belawan Jiwa
Theatrical poster "Crazy, Stupid, Love" (impawards.com) |
Meraih dan mempertahankan cinta
dari belahan jiwa adalah dua hal yang sama-sama sulit untuk diwujudkan. Banyak
orang terkadang lupa bahwa perjuangan cinta tidaklah berhenti meskipun kita
telah mendapatkan cinta dari belahan jiwa yang diidamkan. Crazy, Stupid, Love (2011), sebuah film romansa komedi yang diproduseri
dan dibintangi Steve Carell, mengajarkan
kita bagaimana cinta tidak akan pernah menemui kata usai untuk terus
diperjuangkan.
Film drama keluaran Warner Bros.
Pictures ini diawali dari gejolak rumah tangga yang dialami Cal Weaver (Steve
Carell) seketika ia menyadari istrinya Emily Weaver (Julianne Moore) selingkuh
dengan rekan kerjanya David Lindhagen (Kevin Bacon). Ditambah lagi, Emily
menggugat cerai Cal yang membuatnya semakin terpukul. Cal tidak menyangka bahwa
Emily, cinta sejati dan belahan jiwanya bahkan satu-satunya wanita yang pernah
mengisi hatinya, tega mencampakkannya. Kehidupan mapan, memiliki anak-anak yang
sempurna, dan sebuah rumah besar bagi Cal adalah hal-hal yang lebih dari cukup
untuk menguatkan landasan cinta mereka yang telah bertahan tahun demi tahun. Namun,
bagi Emily itu tidak cukup.
Di tengah kegalauannya, Cal
berkali-kali terlihat menghabiskan waktu di bar untuk menumpahkan segala
kekecewaanya. Kondisi ini membuat Jacob Palmer (Ryan Gosling) prihatin. Sebagai
playboy, tidak sulit bagi Jacob untuk
terlihat menarik di hadapan wanita dan mengajak satu per satu wanita yang ditemuinya
untuk berkencan. Kemampuan inilah yang ingin ia turunkan kepada Cal agar
temannya itu bisa move-on. Dimulai
dengan memperbaiki penampilan fisik Cal yang dianggap terlalu kuno, lalu Jacob
juga mengajarkan Cal bagaimana cara berbicara dengan para wanita agar tak
terlihat membosankan di depan mereka. Walaupun sempat agak kaku dan canggung,
Cal sukses lulus dalam pelajaran ‘memikat wanita’ yang diberikan Jacob. Total,
sembilan wanita berhasil ia kencani sebagai pelarian dari sang istri.
Saat sang Ayah tengah berjuang
melepas ketergantungan dari Ibunya, anak laki-laki Cal, Robbie (Jonah Bobo)
juga tengah berjuang mendapatkan cinta dari belahan jiwa yang juga pengasuhnya
Jessica (Analeigh Tipton). Tanpa sepengetahuan Robbie, ternyata Jessica telah
menyukai seseorang yang jauh lebih tua darinya yakni Cal, Ayahnya. Selain
menampilkan perjuangan Cal dan Robbie, juga dinarasikan bagaimana sang playboy berhasil pula menemukan cinta
sejatinya pada diri Hannah (Emma Stone), yang sebenarnya merupakan anak pertama
Cal dan Emily.
Perjalanan plot yang kompleks nan
manis terjadi dalam setiap perjuangan masing-masing karakter memperjuangkan
cinta sejatinya. Kita akan menyaksikan bagaimana Cal menyadari bahwa dirinya
yang membosankan merupakan penyebab utama menjauhnya Emily. Hingga, ia berjuang
untuk memunculkan kembali suasana kencan pertama mereka di sebuah arena
miniature golf di halaman belakang rumah mereka. Selain itu, pertemuan dengan
Hannah mengubah diri Jacob seutuhnya dan menganggap Hannah lah cinta yang
diinginkan dalam hidupnya. Perjuangan Robbie meraih cinta Jessica, yang tiga
tahun lebih tua darinya, melengkapi perjalanan cinta sepasang manusia dalam
film tersebut, mulai dari yang cinta sepasang suami-istri, cinta dewasa yang
menempuh hubungan serius, dan cinta monyet ala anak umur belasan.
Crazy, Stupid, Love menunjukkan bahwa mempertahankan cinta bukanlah
hal mudah bahkan lebih sulit dari meraih itu sebelumnya. Saat telah berhasil
meraih cinta, janganlah berhenti untuk selalu memikat hati dan perhatian dari
sang belahan jiwa apabila tidak ingin terlihat membosankan dan dijauhkan
olehnya. Selanjutnya, dalam setiap kerja keras untuk meraih dan mempertahankan
belahan jiwa dibutuhkan pula kejujuran dan keberanian untuk mengatakan ungkapan
hati, serta mengakui kekhilafan yang telah dilakukan. Karena semakin keras
perjuangan seorang laki-laki untuk menaklukkan hati wanita belahan jiwanya
berbanding lurus dengan semakin melunaknya perasaan sang belahan jiwa.
Dalam film berdurasi 118 menit
ini duet sutradara Glenn Ficarra dan John Requa juga ingin menitipkan pesan
bahwa mempertahankan belahan jiwa lebih mulia dibandingkan mencari penggantinya
sebagai upaya balas dendam. Meski berhasil mendapatkan berapapun penggantinya,
tetap di relung hati paling dalam hanya terpatri sang belahan jiwa itu. Dan,
sangat wajar bila terjadi hal-hal gila dan bodoh terjadi hanya demi sebuah cinta
soulmate-mu.
“I’m in love with you in every minute and every day, even I hate you...”
Komentar
Posting Komentar