Review Film PAUL: Keagungan Antara Ilmu Pengetahuan dan Agama

PAUL theatrical poster (en.wikipedia.org)
Mana yang lebih agung dalam dunia kontemporer saat ini? Tuhan atau ilmu pengetahuan? Sebagian pihak yang memegang teguh suatu agama pasti sangat menyakini keesaan dan keagungan Tuhan dalam menciptakan segala hal di alam semesta. Sedangkan, sebagian lainnya sangat memuja ilmu pengetahuan sebagai dasar terbentuknya tata surya dan seluruh elemennya. Dua hal kontradiktif inilah yang menjadi pesan tersirat dari Paul, sebuah film fiksi ilmiah yang dirilis Hari Valentine 2011 lalu.

Paul mengisahkan Graeme Willy (Simon Pegg) dan Clive Gollings (Nick Frost), sepasang sahabat kutu buku asal Inggris, yang bercita-cita menjadi komikus dan sangat terobsesi dengan alien. Kecintaan pada komik dan alien mengantarkan mereka untuk menjelajahi daratan Amerika. Dengan menjadikan San Diego Comic-Con sebagai titik mula petualangan. Selanjutnya, mereka menjelejahi Nevada menuju Wyoming demi menginjakkan kaki di lokasi-lokasi, macam jalur gurun New Mexico dan Monumen Nasional Devils Tower, yang terdapat di film fiksi ilmiah legendaris Close Encounters of the Third Kind (1977). Dengan menggunakan RV hasil deposito, mereka menjelajahi daratan Barat-Tengah Amerika. Dalam perjalanan itulah, mereka bertemu dengan Paul (disuarakan oleh Seth Rogen), sesosok alien yang sedang diburu agen rahasia setelah kabur dari tahanan rahasia yang melakukan eksperimen ilmiah untuk mengambil otak dan mengembangbiakan selnya.

Pertemuan dengan Paul, membawa Graeme dan Clive ke dalam sebuah kenyataan dari impian mereka. Clive yang sedang membuat sebuah komik tentang alien, dibantu oleh Graeme sebagai illustrator, sangat terdoktrin dengan mitos-mitos mengenai makhluk luar angkasa tersebut, seperti ritual alien (maaf) memasukkan jari ke dalam anus manusia. Semua mitos tersebut dimentahkan oleh Paul, yang ternyata sudah sangat ‘manusia’. Dia memakan pachiatos, berbicara bahasa Inggris, dan mengisap ganja.  Pemburuan Paul dilakukan agen Zoil, dan dua agen amatir, Haggard dan O’Reilly, yang dikomandoi oleh The Big Guy dari radio komunikasi di mobil mereka. Kejar-kejaran itu membawa Graeme dan Clive berhenti di sebuah persinggahan RV, yang lalu mempertemukan ketiganya dengan Ruth Buggs (Kristen Wiig). Ruth seorang piatu yang dididik oleh sang Ayah menjadi seorang Kristen taat.

Dalam pertemuan pertama antara Ruth dan Paul terjadi debat teologi alot. Ruth yang sangat percaya Tuhan memercayai keberadaan Bumi dan seluruh isinya berdasarkan kehendak-Nya. Ia juga membantah adanya makhluk planet selain manusia dan Bumi. Namun, hal itu langsung saja dibantah oleh Paul yang mencoba membuktikan bahwa seluruh yang ada di alam semesta merupakan hasil evolusi yang telah berlangsung selama puluhan ribu tahun. Demi membuktikan kebenarannya, Paul dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan yang dimilikinya mengirimkan telepati kepada Ruth untuk memperlihatkan bagaimana ilmu pengetahuan telah membawa alam semesta pada evolusi yang terus berkembang dan kompleks. Kebingunan Ruth mengantarkan Paul untuk membuktikan kebenaran evolusinya dengan menyembuhkan mata kiri Ruth yang cacat sejak ia berumur empat tahun. Semenjak itu, Ruth seakan merasa bebas dari ketakutannya terhadap dosa yang diajarkan Ayahnya melalui ilmu Ketuhanan.

Penyebab ditangkapnya Paul sejak pendaratan kecelakaannya di Bumi pasca Perang Dunia Kedua, memang tak lain didasari keinginan agen rahasia AS untuk mengeksploitasi apa yang dimiliki Paul sebagai makhluk asing, yang tidak dimiliki manusia, seperti kemampuan telepati, kamuflase, dan penyembuhan. Misi penangkapan Paul, juga seakan menjadi gambaran bagaimana ambisiusnya manusia saat ini terhadap ilmu pengetahuan. Mereka rela melakukan apapun, bahkan pencurian sekalipun. Karena bila berhasil ditangkap, Paul akan dibedah untuk diambil otak dan selnya. Semua itu dilakukan untuk mempercepat kemajuan teknologi manusia, yang dianggap masih tertinggal jauh dari saudara aliennya di belahan planet lain.

Di film itu juga digambarkan bagaimana ilmu pengetahuan jelas-jelas akan menjauhi manusia dari sisi religiusitasnya. Ruth yang tadinya digambarkan sebagai tokoh aneh, kolot, serta kaku yang menggunakan kacamata, seketika berubah menjadi tokoh yang terbuka, bebas dan lebih positif memandang kehidupan setelah memercayai kehadiran Paul sebagai makhluk luar angkasa. Didikan Ayahnya yang terlewat tegas dalam menjaganya dan menggiringnya untuk menjadi seorang pemeluk agama yang taat dengan cara-cara memaksa dan menyiksa batin, juga menjadi penyebab keterikatan yang lebih kuat antara dirinya dengan trio sahabat barunya dibandingkan dengan orang tuanya.

Seiring jalannya plot, Ayah Ruth membuktikan pentingnya agama dan Tuhan dengan lolosnya ia dari maut setelah sebuah kitab injil menyelamatkannya dari selonsong peluru yang ditembakkan oleh agen Haggard. Dalam upayanya menyelamatkan sang Anak, ia lalu menembakkan senjata laras panjangnya dan mengenai dada Graeme. Sesaat itu pula, Graeme roboh dan sekarat. Akan tetapi, sekali lagi Paul menunjukkan kemajuan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dapat melakukan apapun. Dengan kemampuan penyembuhannya, Paul berhasil menyelamatkan nyawa Graeme. Melihat Graeme siuman, Ayah Ruth meyakini kejadian itu sebagai kehendak Tuhan. Namun hal itu tidak cukup untuk menutupi bagaimana dalam film tersebut, Paul dan teorinya lebih ampuh dibandingkan doktrin Injil Ayah Ruth.

Paul bukan sekedar film fiksi ilmiah semata, tetapi juga menjadi gambaran kehidupan kontemporer masyarakat Barat yang sangat memuja ilmu pengetahuan di atas segalanya. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai penyebab utama hadirnya alam semesta, manusia, dan segala aspek kehidupan lainnya. Sedangkan bagi mereka, Tuhan dan agama hanyalah hal-hal semu yang sulit diterka dan diterima akal pikiran.

Inilah gambaran bahwa manusia telah jauh meninggalkan kodratnya sebagai ciptaan Tuhan yang paling agung yang dibekali akal untuk terus berpikir atas esensi penciptaannya. Sayangnya, kini hal itu telah diingkari oleh sebagian besar alien Bumi.

Komentar

Postingan Populer