CATATAN HATI: Sebuah Akhir Sementara

Setelah nyaris setahun, kini dunia jelas akan baru dan berbeda. Segala euforia di masa lalu, kelak akan terganti dan terhapus dengan jalan-jalan baru yang tentu akan memberikan sebuah arti anyar bagi perjalanan singkat hidup ini. Sebuah komitmen akan mimpi dan harapan di masa datang sempat membuat kita memasangkan diri dalam sebuah ikatan tak nyata. Dan setelah waktu berjalan, sebuah ikatan itu pun kita lepaskan juga dalam sebuah komitmen akan mimpi dan harapan di masa datang. Inilah sebuah akhir sementara.

Meskipun tanpa kamu akui, aku sadar telah berubah. Mungkin dalam sikap, penantian, dan keinginan untuk terus menyatu. Dunia di depan, juga selalu mengusikku untuk sejenak melepaskan pengaruhmu. Aku pikir, dalam setiap mimpi yang ada dan terpatri, butuh perjuangan yang tidak kecil. Aku telah merasakan dianggap ‘bodoh’, pernah pula dinilai ‘gila’, dan sempat juga dikatakan ‘berbeda’ oleh dunia hingga ada di titik ini. Sungguh egois memang bila aku tak mencatutmu dalam apapun, bila ikatan itu masih ada. Akan tetapi, aku tidak ingin mereka juga menilaimu serupa denganku yang selalu terlihat tak seperti kebanyakan. Untuk itu aku hanya membutuhkan masa untuk menantimu merasakan serupa, dan memasrahkan diri untuk menyatakan akhir sementara.

Begitu pun kamu. Hidup dengan segala impian-impian yang selalu membuatmu yakin bahwa hidup itu selalu penuh perjuangan, dan akan indah pada waktunya. Di titik ini pula, sempat aku merasakan satu rasa. Namun apa yang mampu kita inginkan, apabila keinginan kita masing-masing lebih kuat dibandingkan rasa untuk tetap dalam satu bahtera. Dengan itu, menjadi aku dan menjadi kamu, tanpa memedulikan kita adalah alur terbaik dalam perjalan kehidupan kita. Toh, kalau Allah berkehendak ini hanyalah sebuah akhir sementara.

Dahulu, aku juga tidak pernah ingin terlalu merasuki hatimu. Memeliharamu dalam setiap mimpi adalah hal terbaik bagiku, tanpa perlu mengenggam hari-harimu sebagai milikku. Aku tidak ingin menganggu hidupmu, yang aku ingin awalnya hanyalah bisa menemuimu kembali sebelum menuju satu kota terbesar di daratan Eropa, yang telah menjadi tujuan aku juga dirimu. Ternyata Allah memberikan kita jalan lain dengan memberikan kesempatan bagi kita untuk mengenal antar individu yang amat sangat berbeda ini. Kita tidak pernah tahu apa tujuan-Nya. Tetapi, kini aku menyadari bahwa Allah ingin kita saling mematenkan mimpi-mimpi pribadi, sambil menyelami diri dengan segala komitmen dan harapan yang kita untai, agar saat semua mimpi-mimpi itu telah diperoleh satu demi satu,  kita percaya bahwa masih ada sebagian hati yang menantikan untuk disempurnakan dalam kehidupan. Bagiku, itulah maksud-Nya dari akhir sementara ini.

Hingga detik ini masa depan masih dan tetaplah milik kita. Sedangkan, saat ini hanyalah kepunyaan aku dan kamu, masing-masing dari kita. Oleh karena itu, semua keputusan dan langkah yang kamu ambil adalah murni keputusanmu tanpa ada gangguan dari aku. Aku pun juga sama. Dalam perjalanannya, ternyata sulit menyatukan satu langkah dengan segala keinginan dan tujuan yang benar-benar berbeda. Selain itu, aku juga enggan menjanjikanmu macam-macam hal untuk menjaga intensitas pertemuan ini sebab apa yang aku kejar kemungkinan besar membuatku harus memperjuangkan banyak hal, termasuk kamu. Itulah alasan utama aku berlapang dada mendengar bahwa dirimu enggan diganggui olehku dalam menentukan masa depanmu. Biarlah cinta yang kita miliki mencari jalannya sendiri, disaat pemiliknya tengah berjalan dalam target impian berbeda. Untuk itu, aku takkan menghilangkan hitung mundur hingga saat tiga tiba. Cinta lah yang akan menjawab bahwa semua adalah akhir sementara.

Selamat berjuang, sayang. Sampai bertemu di tiga mendatang, semoga hati itu masih mendambaku. Sebelum menyentuh tiga nanti, terimalah salam tercintaku dari berbagai tempat di dunia yang mungkin juga kamu ingin tuju.

“Mimpi-mimpi yang memisahkan kita, dan mimpi-mimpi jualah yang kelak menyatukan kita kembali...”


Komentar

Postingan Populer