Review ALL TIME LOW - Don't Panic (Reissue): Berjaya Dengan Melawan Arus

Album cover (pupfresh.com)
Di tengah arus mainstream musik dunia yang monoton dengan dubstep dan alunan dance, sebuah band asal Baltimore, Maryland, Amerika Serikat tetap dengan diri mereka yang bertahan pada pakem pop-punk, mereka ialah All Time Low (ATL). Mereka masih setia dengan pop-punk walaupun kejayaan genre musik tersebut tidak lagi seharum di akhir 90-an atau pada awal millennium baru yang ditandai dengan raihan multi-platinum album-album Green Day dan Blink-182. Bahkan ketika kedua veteran pop-punk tersebut tengah di puncak popularitas, keempat pemuda ATL masih duduk di bangku sekolah menengah dan kegemaran meng-cover lagu-lagu band di ataslah yang menyatukan mereka untuk bermimpi menaklukan dunia dengan panji ATL.

Akhir September lalu, empat sekawan yang bersama sejak SMA itu kembali merilis ulang album kelima mereka yang bertajuk Don’t Panic: It’s Longer Now. Rilisan ulang album tersebut yang bertepatan nyaris setahun setelah album Don’t Panic dikeluarkan bermaterikan 20 lagu, yang terdiri 12 lagu dari materi di album kelima plus empat lagu baru dan versi akustik dari empat single dari Don’t Panic. Prestasi Don’t Panic tidak bisa dianggap sebelah mata karena album ini menjadi album ketiga ATL yang berhasil menembus 10 besar tangga lagu Billboard 200. Sebuah pencapaian luar biasa dari ‘kenekatan’ mereka memainkan musik yang melawan arus, disaat band-band sejenis gagal meraih penjualan album yang memuaskan.

Energik. Begitulah yang pantas untuk menggambarkan nuansa dari seluruh lagu di album kelima hasil kreativitas Paul Gaskarth, Jack Barakat, Rian Dawson, dan Zack Merrick.  Dari empat jagoan di album ini, tidak satupun bertempo pelan. Dengarkan saja “For Baltimore”, “Somewhere in Neverland”, “Backseat Serenade”, dan “Love Like A War”. Keempat lagu itu bernafaskan pop-punk nan kental dengan melodi dan tempo tinggi. Ada lagi lagu-lagu catchy yang buat kita tak bosan mendengarkan materi album ini, seperti “The Reckless and The Brave”, “If These Sheets Were States”, “The Irony of Choking on a Lifesaver”, “Canals”, dan “For Baltimore”. Apabila kita jeli mendengarkan pesan-pesan dalam lirik-lirik yang digubah oleh Gaskarth, sebagian besar menyiratkan kemuraman patah hati, laiknya pada lagu “Thanks To You”, “Paint You Wings”, dan “Me Without You (All I Ever Wanted)”.

Selain materi-materi yang tidak lepas dari melodi dan tempo cepat, Gaskarth cs. pula menyajikan lagu yang sedikit berbeda. Misalnya “Outlines” yang diciptakan bersama Patrick Stump-nya Fall Out Boy, ada pula “So Long Soldier” yang bernuansa emo. Dan tak lupa ATL memberikan sentuhan lagu lembut dan kalem pada lagu “Oh, Calamity!”.

Secara keseluruhan ATL tidak sedikitpun menghilangkan ciri khas mereka di zona pop-punk. Meskipun telah melanglang buana dengan lima album, dan sempat pula bergabung dengan label besar, Interscope, pada album keempat lalu, Dirty Work, mereka masihlah sama. Ketika kembali dengan label independen, Hopeless Record, yang telah membesarkan nama mereka, ATL tetap dan tidak ‘selingkuh’ dari jalan mereka. Dan kesetiaan itu pun berbuah manis dengan tanggapan pasar dan kritikus yang menyambut baik album kelima ini.

Dengan album ini Gaskarth, Barakat, Dawson, dan Merrick seakan ingin berujar kepada para pencinta pop-punk: Don’t panic! You still have All Time Low.

Nilai: 3,5 dari 5

Komentar

Postingan Populer