Berbicara tentang Malam

Dalam satu masa bintang benderang mendampingi rembulan. Ceritamu luapkan bahagia. Kau layangkan kepalamu di pundak ini. Kata demi kata dari mulutmu kucerna dengan baik. Apa yang kau inginkan dariku. Dan betapa berharganya diriku untukmu. Aku menyimpulkan senyum sembari menghirup harum rambutmu yang hitam-pirang tergerai. Lalu, sebuah ikrar tertanam di dalam hatiku. Aku akan selalu membuatmu nyaman. Selalu dan selamanya.

Dalam satu masa langit bersih tak berbintang. Hanya sebuah bulan sabit di sisi barat layaknya sebuah senyum merekah. Aku memikirkan kabarmu di sana. Sambil berharap kau pun mengingatku. Mengingat kita. Terbayang hari-hari yang telah dilalui bersama. Berjalan. Bergandengan tangan. Bercerita. Bersedih. Berbalas suka. Tak ada yang dapat mengaburkan waktu-waktu itu. Hanya diri ini bertanya, akankah itu bisa terulang? Hanya harap yang tersimpan.

Dalam satu masa tanpa bulan dan gemintang. Berganti dengan terpaan angin dan gerimis. Aku samar-samar membayangkan hadirmu. Masih samakah dirimu? Atau gejolak hati telah mengubahmu? Menguapkan seluruh impian. Jejak yang telah tertata, perlahan terhapus. Bukan sekedar waktu yang berperan, namun juga keengganan diri. Adakah jalan keluar? Tak menentu, pikirku. Biarlah detik, menit, dan jam berlalu. Sebuah jalan kelak akan menemui akhir, serta sebuah permulaan baru akan menemukan titik mulainya.

Dalam satu masa, malam terus berputar. Menghadrikan sejarah, lalu mengulang kembali seluruh kenangan. Hingga fajar mengganti. Kau tetap malam yang menyimpan dan mengenggam arahku...

Komentar

Postingan Populer